“Ceritanya bagaimana?” tanya Zola. “Tadi aku bermimpi melihat kecelakaan, Andy menjadi korbannya,” jawab Evan terbata-bata. “Jadi, Andy meninggal karena kecelakaan?” Zola kembali bertanya.
“Iya, sepertinya. Padahal keesokannya, Andy berulangtahun,” tutur Evan. “Lah, kok kamu bisa tahu?” tanya Zola lagi. “Iya, karena di mimpiku, aku melihat dan mendengar obrolan Andy dengan salah satu temannya,” jawab Evan.
Kedua sahabat itu termenung sejenak. “Ohh, pantas sekarang arwah Andy mengganggu kita, karena dia masih penasaran dengan pesta dan kado ulangtahun dari teman-temannya,” ujar Zola.
“Jadi, bagaimana cara supaya arwah Andy tak mengganggu kita lagi?” tanya Evan. Zola tak menjawab pertanyaan Evan. Ia malah mengambil kertas pembungkus kado ouija board. “Kamu mau ngapain?” tanya Evan lagi.
“Mungkin ouija board ini adalah kado istimewa yang ditunggu-tunggu Andy,” ucap Zola. Benar saja, Zola menemukan sebuah kartu ucapan yang menempel di balik kertas pembungkus kado. “Wah, pantas aja aku nggak menemukan kartu ucapannya, ternyata menempel di balik kertasnya,” timpal Evan.
Mereka berdua lantas membaca ucapan yang ada di kartu.
Selamat Ulangtahun Andy, anakku…
Maaf Ayah nggak bisa pulang saat kamu merayakan ulangtahunmu. Ayah masih ada beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan di New York.
Minggu depan, Ayah janji akan pulang. Tapi, Ayah sudah berhasil mendapatkan ouija board yang kamu inginkan sebagai kado ulangtahun. Ayah berhasil mendapatkannya di sebuah toko antik di pinggiran kota New York. Jadi, Ayah paketkan kadonya, ya. Semoga kamu senang.
Evan dan Zola saling beradu pandang. Mereka akhirnya mengerti bahwa ouija board ini adalah kado istimewa Andy dari Ayahnya. “Kita harus kembalikan ouija board ini,” kata Evan. “Kembalikan ke mana? Kita nggak tau alamat rumahnya Andy,” jawab Zola.
Tanpa berpikir panjang, Evan lalu mulai memainkan ouija board kembali. Planchette sudah dipegang Evan, Zola pun ikutan. “Andy, bolehkah kami berdua tahu alamat rumahmu?” tanya Evan.
Beberapa saat kemudian, planchette bergerak perlahan ke beberapa huruf sekaligus. Evan berusaha menyusun huruf-hurufnya. “Jalan Cendrawasih nomor 15?!” ucap Evan. “Wah, itu nggak jauh dari sekolah kita! Ayo kita ke sana!” ajak Zola.
Zola dan Evan langsung membereskan ouija board dan membungkusnya kembali dengan kertas kado. Mereka berdua lalu berboncengan naik sepeda menuju alamat rumah Andy.
15 menit kemudian, Zola dan Evan tiba di rumah dua lantai, bercat putih. Tepat di tembok pagar, tertempel angka 15. “Ini dia rumahnya!” teriak Evan kegirangan. Zola berjalan mendekati pagar dan menekan bel.
Tak lama, seorang pria tua berkacamata keluar dari rumah. Beberapa helai rambutnya nampak beruban. “Halo, kalian mencari siapa?” tanya pria itu dengan ramah.
“Ehmm.. Ini Om, kami berdua mau mengembalikan barang ini,” jawab Zola sambil memberikan kado ouija board. Pria itu lantas membuka pembungkus kado. Ia sangat terkejut saat melihat ouija board di dalamnya. “Lho, kalian dapat ini darimana?” tanya sang pria. “Kemarin saya berulangtahun, tiba-tiba ada kado ini di antara kado-kado dari teman saya,” jawab Evan.
“Kado ouija board ini sebenarnya pemberian saya untuk anak saya, 10 tahun lalu. Tapi, tiba-tiba kado ini menghilang seiring meninggalnya Andy, anak saya,” tutur pria yang ternyata Ayah Andy itu.
“Terima kasih, ya, sudah mengembalikan kado ini. Oh iya, darimana kalian tahu alamat rumah ini?” ucap Ayah Andy. “Ehmm.. Ada yang memberitahu kami, Om,” jawab Zola sedikit berbohong. “Om, kami permisi pulang, ya,” ujar Evan. Kedua sahabat ini pun buru-buru pulang dan berharap ouija board itu tak kembali lagi ke tangan mereka. (Selesai)
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK