Tok.. Tok.. Tok..
Jendela kamar diketok. Evan yang tengah berusaha tidur di balik selimut, makin ketakutan.
“Evan!” terdengar suara memanggil dari luar jendela. Evan pun mengintip dari balik selimut.
“Wah, Zola! Kirain siapa?! Ayo masuk!” ujar Evan sambil membukakan jendela. Zola pun lalu melompat lewat jendela dan masuk ke dalam kamar Evan. “Aku khawatir setelah tadi kamu cerita tentang Ouija Board itu,” ucap Zola.
“Sekarang di mana Ouija Board-nya?” tanya Zola. “Ada di ruang tamu,” jawab Evan.
Kedua sahabat itu lantas keluar kamar dan berjalan menuju ruang tamu. Nampak papan Ouija berantakan di lantai. “Ayo, kita mainkan di kamar,” ajak Zola sambil merapikan papan permainan itu.
Sesampainya di kamar, Zola dan Evan duduk di atas tempat tidur. Mereka duduk berhadapan sembari menatap Ouija Board. “Papan ini dulunya dimainkan untuk memanggil arwah gentayangan. Nah, kalau planchette ini bergerak sendiri setelah kita kasih pertanyaan, berarti beneran ada arwahnya. Percaya nggak percaya, sih, tapi menurut yang aku baca, ya, begitu!” cerita Zola.
“Berarti waktu tadi aku bertanya ada penghuni di sini, memang beneran ada, ya?” Evan kembali bertanya. “Sepertinya begitu,” jawab Zola agak ragu.
Zola dan Evan kemudian memegang planchette bersamaan. “Apakah beneran ada penghuni di sini?” bisik Zola. Tak lama kemudian, planchette mulai bergerak perlahan. “Zola, tangan kamu yang menggerakkan planchette ini, ya?” tanya Evan dengan wajah makin ketakutan. “Bukan aku,” jawab Zola.
Planchette bergerak menuju kata Yes di papan. Zola dan Evan lantas saling berpandangan. Zola kembali melontarkan pertanyaan, “Kalau beneran ada, siapa nama kamu?”
Planchette kembali bergerak. Kali ini pergerakannya lebih cepat menuju huruf-huruf; A, N, D, Y.
“Andy?!” ucap Evan dan Zola berbarengan.
Tak lama, planchette bergerak lagi dengan cepat ke huruf-huruf; M, A, N, A, K, A, D, O, K, U.
“Mana kadoku?” Evan mencoba merangkai huruf-huruf yang ditunjuk planchette itu. Papan Ouija tiba-tiba bergetar kencang dan terlempar dengan sendirinya ke dinding kamar.
Evan dan Zola kaget bukan main. Mereka benar-benar ketakutan dan bersembunyi di balik selimut. “Zola, bagaimana ini?” tanya Evan dari balik selimut. “Ehmm.. Aku juga bingung. Besok kita coba cari tau jawabannya. Sekarang kita tidur saja,” jawab Zola.
Malam sudah makin larut, kedua sahabat ini tak bisa menahan rasa kantuknya. Mereka berdua pun tertidur di balik selimut.
Dalam tidurnya, Evan bermimpi aneh.
Ia berdiri persis di tepi jalan raya. Seorang anak seumuran, berambut keriting dan berkulit putih, lewat di hadapannya. Ia masih mengenakan seragam sekolah dengan tas di punggungnya. “Andy! Pesta ulangtahun kamu nanti sore, ya?” teriak anak perempuan yang berada di belakangnya. “Iya, jangan lupa datang dan membawa kado, ya,” jawab Andy sambil menengok ke arah teman perempuannya itu.
“Wah, itu anak yang namanya Andy,” gumam Evan dalam mimpinya tersebut. Terlihat Andy hendak menyeberang jalan. Tak disangka, ada mobil sedan berkecepatan tinggi langsung menabrak tubuh Andy.
“Andy!” teriak Evan sekencang-kencangnya saat melihat kecelakaan itu.
“Evan.. Evan.. Bangun!” terdengar suara Zola memanggil dan berusaha membangunkan Evan. Kedua mata Evan terbuka, ia baru tersadar dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
“Aku barusan bermimpi tentang Andy, sepertinya aku tahu alasan dia ‘mengganggu’ kita,” cerita Evan. (Bersambung)
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK