Keluarga Rachel memiliki sebuah kaca antik peninggalan kerajaan Majapahit. Kaca antik tersebut diberi nama Kaca Benggala. Kaca ini memiliki banyak kekuatan magis, namun sudah lama tidak dipercayai dan teronggok di gudang rumah keluarga Rachel. Keluarga Rachel tidak mempercayai hal-hal yang berbau mistik karena mereka lama menetap di luar negeri.

Beberapa waktu lalu saat membersihkan gudang, Papi Rachel tertarik dengan kaca antik tersebut dan menempatkannya sebagai penghias ruang tamu mereka. “Mami, Kaca Benggala itu sering berubah warna, ya?” tanya Rachel bingung. “Iya, tergantung suhu di ruangan,” jawab Mami kalem. Rachel pun mengangguk-angguk, terjawab sudah kebingungannya saat melihat kaca tersebut yang kadang merah, hijau bahkan pernah hitam kelam.

Suatu hari saat Rachel bersantai di sofa ruang tamu, ia melihat ke arah Kaca Benggala dan warna kaca unik tersebut berangsur-angsur berubah dari putih bening menjadi abu-abu. Namun berangsur berubah lagi menjadi hitam kelam. Rachel masih terus memandangi kaca tersebut. Tiba-tiba, Rachel seperti melihat potongan-potongan adegan film yang sangat sedih. Air mata Rachel mengalir tanpa dapat dibendung hingga sesegukan. “Neng, kenapa menangis?” tanya Mpok Ijah bingung. Mpok Ijah sudah bekerja di keluarga Rachel sejak Rachel kecil. “Itu Mpok, aku melihat gambar-gambar menyedihkan di Kaca Benggala,” jelas Rachel sembari menghapus air matanya. “Tidak ada apa-apa di Kaca Benggala, Non.  Non Rachel jangan buat Mpok Ijah takut ah, merinding nih, Non,” ucap Mpok Ijah. Seketika Rachel pun memalingkan mukanya ke Kaca Benggala tersebut. “Aneh, tidak ada apa-apa di kaca itu dan warnanya sekarang putih bening. Lalu, yang kulihat dan ku tangisi itu apa?” batin Rachel sembari beranjak pergi dari ruang tamu. Rachel berbaring di kasur, berusaha mengingat satu persatu kejadian di Kaca Benggala tadi. “Siapa anak kecil di Kaca Benggala tadi, ya? Kenapa Kaca Benggala hanya memperlihatkannya padaku saja. Tidak pada Mpok Ijah,” gumam Rachel.

Keesokan harinya Rachel berusaha mencari tahu siapa gadis kecil di dalam Kaca Benggala pada Mami dan Papi. Tapi hasilnya nihil karena mereka tidak tahu. Rachel pun kembali memandangi Kaca Benggala sembari berbaring di sofa. Handphone (HP) canggihnya sudah dipersiapkan untuk memotret gambar-gambar di Kaca Benggala jika muncul. Namun, hampir selama satu jam Rachel memandangi kaca tersebut, tidak ada perubahan apa-apa. Kaca Benggala tetap berwarna bening. Rachel pun merasa bosan dan beranjak meninggalkan ruang tamu. Saat langkah kaki terakhir Rachel sebelum meninggalkan ruang tamu, ia sempatkan menoleh ke arah Kaca Benggala. Warna kaca sudah berubah menjadi hitam pekat dan muncul gambar silih berganti. Gambar tersebut menceritakan kembali suatu kejadian yang melibatkan anak kecil, persis seperti yang ia lihat kemarin. Tubuh Rachel berdiri mematung melihat itu semua hingga lupa pada HP canggihnya. Gambar terakhir adalah pesan untuk Rachel agar ia menolong Ibu dari anak kecil tersebut. Ibu itu sedang sakit parah di sebuah gubuk reyot, tak jauh dari komplek perumahan Rachel.

Rachel pun bergegas menuju gubuk reyot tanpa memberitahu siapa pun di rumahnya. Ia berlari di teriknya panas matahari hingga keringat mengalir membasahi tubuhnya. Napasnya tersengal-sengal saat sampai di depan gubuk reyot. “Hallo, ada orang di dalam?” panggil Rachel. Namun tidak ada suara menyahut hingga membuat Rachel semakin khawatir. Ia pun berusaha membuka pintu gubuk reyot itu. Alangkah terkejutnya Rachel ketika mendapati seorang Ibu tua sedang terkapar tak berdaya di lantai. Segera Rachel meminta tolong warga setempat dan membawa Ibu itu ke rumah sakit. Hati Rachel senang karena bisa menolong Ibu tua tersebut. Ia lalu kembali ke rumah karena hari sudah menjelang malam.

Saat memasuki rumah melalui ruang tamu, mata Rachel seketika terarah pada Kaca Benggala. Warna kaca itu pun seketika berubah hitam pekat. Rachel kembali berdiri mematung, ingin melihat gambar apa lagi yang akan ditampakkan oleh Kaca Benggala tersebut. “Terima kasih Rachel, kau telah menolong Ibuku,” begitu tulisan yang ada di dalam Kaca Benggala. (Teks: Just For Kids/ Ilustrasi: Fika)

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *