JEC Eye Hospital & Clinics meluncurkan layanan terbaru: JEC Macula Center, sebuah sentra penanganan khusus makula pertama di Indonesia, Sabtu (5/11/22). Hadir perdana di RS Mata JEC @ Menteng, JEC Macula Center menawarkan keahlian diagnostik serta penanganan makula secara mumpuni dan komprehensif.
Untuk diketahui, makula yakni bagian organ mata di belakang retina, berperan dalam penglihatan sentral, penglihatan warna, serta penglihatan detail. Nah, jika ada gangguan yang melibatkan area makula maka berpotensi menimbulkan penurunan tajam penglihatan, dan menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek secara detail – termasuk ketidakmampuan mengenali wajah seseorang atau tulisan. Bahkan, kerusakan pada makula bisa menyebabkan terjadinya kebutaan!

Kasus Penyakit Makula Meningkat
Diuraikan oleh dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @ Menteng, penyakit-penyakit pada makula ini sering terjadi pada usia 50 tahun ke atas, meskipun tidak menutup kemungkinan bisa pula terjadi pada usia muda. “Penyakit makula biasanya menyerang penglihatan sentral atau penglihatan tengah. Jika sudah alami penyakit ini, terkadang akan membuat aktivitas penderitanya sehari-hari menjadi terganggu, seperti kesulitan membaca – bahkan mengenali wajah orang lain. Dan jika didiamkan, telat didiagnosis atau telat diobati maka bisa menyebabkan kebutaan permanen,” jelas dr. Soefiandi dalam acara JEC Macula Center Media Launch, Sabtu (5/11/22).
Ada banyak penyakit makula, salah satu contohnya adalah Degenerasi makula (age-related macular degeneration/AMD), yang menjadi menjadi salah satu penyebab utama gangguan penglihatan. Jumlah penderitanya mencapai 8 juta orang sedunia; terbesar ketiga setelah katarak (94 juta) dan kelainan refraksi yang tak tertangani (88,4 juta).

Di JEC sendiri, selama tiga tahun terakhir (2019-2021), jumlah pasien yang terdiagnosis berbagai penyakit makula terus mengalami peningkatan. Khusus selama 2022, hingga Mei lalu, jumlah pasien yang terdiagnosis penyakit makula sudah mencapai lebih dari 10.000 orang. Dari 14 jenis penyakit makula, AMD menjadi penyakit makula dengan jumlah pasien terbanyak di JEC – yaitu 28 persen dari total pasien sepanjang Januari-Mei 2022.
Lebih lanjut dr. Soefiandi menerangkan, “Untuk mengkonfirmasi penyakit makula inilah yang menjadi salah satu latar belakang kami. Banyak sekali kasus kelainan pada makula yang kurang terdiagnosis. Sebab, untuk mendiagnosis kelainan pada makula tidak hanya membutuhkan pemeriksaan klinis, tetapi juga alat-alat diagnostik yang cukup spesifik,” katanya.
Alat Diagnostik Canggih dan Mumpuni
Kebutuhan ini lah yang coba dipenuhi oleh JEC Macula Center di RS Mata JEC Menteng. Dari sisi sumber daya manusia, JEC Macula Center diperkuat 10 dokter spesialis retina; 4 di antaranya telah bergelar doktor. Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru JEC ini menghadirkan Comprehensive Diagnostic Center dengan 15 kategori pemeriksaan diagnostik berteknologi mutakhir; 5 di antaranya khusus untuk pemeriksaan bagian belakang bola mata (posterior).
JEC Macula Center juga dilengkapi operating theater khusus (termasuk patient reception dan waiting room). Ruang operasinya menggunakan Sentra Penanganan Makula Pertama di Indonesia, seperti Carl Zeiss Microscope OPMI Lumera 700 dengan fitur rescan untuk memberikan real time HD OCT pada saat operasi makula. Selain itu, agar penanganan dan perawatan pasien berlangsung berkelanjutan di bawah pengawasan dokter, JEC Macula Center melengkapi layanannya dengan ruang rawat inap berstandar tinggi; dengan mengedepankan kenyamanan dan keamanan pasien.
“Di JEC kita menyiapkan alat-alat diagnostik yang cukup mumpuni untuk mendiagnosis kelainan-kelainan atau skrining awal penyakit pada makula. Nah, dengan mengetahui adanya potensi kelainan pada makula sedini mungkin, maka risiko terjadinya penurunan tajam penglihatan – yang bisa memburuk menjadi kebutaan permanen, dapat dihindari. Hadirnya JEC Macula Center merupakan langkah solutif dari JEC guna menyediakan hasil diagnosis yang lebih akurat sehingga dokter mata ahli bisa memutuskan penanganan dan tindakan yang tepat sesuai penyakit makula pasien,” imbuh dr. Soefiandi.
Faktor Risiko
Ya, penuaan adalah bagian yang tak terhindarkan dari siklus kehidupan. Mau tidak mau proses penuaan akan memengaruhi fungsionalitas tubuh, termasuk mata – sehingga mengakibatkan penyakit makula. Namun, di samping penuaan, beberapa faktor risiko juga turut memperbesar peluang seseorang menderita gangguan pada makula.

dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K), Dokter Subspesialis Vitreo-retina JEC Eye Hospitals & Clinics memaparkan beberapa faktor risiko penyakit makula, seperti menyandang minus tinggi, kebiasaan merokok, menderita hipertensi, stres fisik/psikis secara terus menerus, menggunakan obat-obat tertentu (seperti steroid, chloroquin, dll), mengalami cedera mata, menyandang penyakit infeksi (seperti TB dan toksoplasma), dan terkena paparan sinar matahari berlebih.
“Padahal sebagian besar faktor risiko tersebut dapat dicegah atau dikontrol. Artinya ‘pemeriksaan rutin’ menjadi kunci untuk menghindari risiko berbagai penyakit mata, termasuk kelainan makula. Apabila kondisi penyakit makula terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memburuk dan menyebabkan kebutaan permanen,” tegas dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K).
Peluncuran JEC Macula Center telah dilangsungkan bersamaan dengan JEC Saturday Seminar ke-16 : “Inside the Macular View” – yakni sebuah ajang temu keilmuan para ahli mata yang melibatkan sekitar 500 partisipan (dokter spesialis retina dan dokter umum) dari Indonesia dan beberapa negara lainnya. Seminar juga menghadirkan pembicara dokter ahli dari Italia, China Taipei dan Singapura.
Foto: dok. JEC