Juja adalah seekor rajawali yang tinggal di Negeri Baya. Dia tinggal bersama seorang bangsawan bernama Zir. Zir pernah menyelamatkan Juja sewaktu dia kecil. Juja kecil terjatuh dari sarangnya pada saat air bah bencana melanda, dan Zir menyelamatkan Juja, mengangkat Juja kecil agar dia tidak tenggelam.
Tapi sayang sekali, Zir bukan bangsawan yang baik. Dia selalu menyuruh Juja mengerjakan hal-hal sulit sehingga rajawali itu kewalahan. Jika ada pencapaian bagus dan mengagumkan yang dicapai Juja, Zir selalu mengakui bahwa itu hasil kerjanya. Tapi Juja tidak pernah mengeluh dan membenci Zir.
Suatu hari, Zir menyuruh Juja melakukan hal yang sulit. “Aku ingin makan buah apel api! Buah apel yang bahkan Raja dan Ratu Baya tidak bisa mendapatkannya,” kata Zir. Buah apel api adalah apel ajaib dari Negeri Baya. Buah apel ini hanya akan berbuah jika ada lahar yang melewati pohoh-pohon apel yang tumbuh di dekat gunung berapi.
Jadi untuk mengambilnya, Juja harus terbang melewati lahar yang menjalar dan memetik buah apel di pohon yang terkena lahar itu! “Baik Zir, aku akan memetik apel itu untukmu,” kata Juja menyanggupi permintaan Zir.
Juja berpikir keras. Bagaimana cara dia terlindung dari panas api lahar? “Apa yang bisa melawan panasnya api? Bagaimana caranya agar aku bisa melewati api tanpa ketakutan?” gumam Juja. Kemudian, Juja mendengar gemuruh guntur dari langit.
“Oh, aku tahu!” seru Juja. Hanya dingin yang bisa melawan panas. Juja terbang tinggi di langit, begitu tinggi sehingga dia bertemu dengan awan kelabu. Juja masuk ke dalam awan berwarna kelabu yang mengandung muatan air hujan. Di dalam awan itu, dingin yang luar biasa, menyerang tubuh Juja.
Ketika Juja keluar dari dalam awan, es menyelimuti tubuhnya. Sekuat tenaga Juja terbang ke tempat pohon apel api. Tepat pada saat lahar mengalir, Juja melihat lahar itu dengan perasaan lega, “Akhirnya aku bertemu dengan sesuatu yang bisa mencairkan es di tubuhku yang menyebalkan ini!” seru Juja.
Juja menukik tajam dan ketika sampai di pohon apel api, memetik apel itu dengan paruhnya dan segera terbang tinggi. Juja berhasil memetik apel api! Tentu saja Zir sangat gembira. Dia memakan apel itu perlahan. “Apel ini tidak akan kuhabiskan dengan terburu-buru,” kata Zir. Juja bangga bisa membuat Zir bahagia.
Suatu hari, tersiar kabar mengejutkan mengenai 2 ekor tupai istana yang menghilang. Dua ekor tupai itu adalah kesayangan Raja dan Ratu Baya. Ternyata, 2 ekor tupai itu berada di pohon apel api. Rupanya, mereka berusaha memetik apel itu untuk Raja dan Ratu, tapi mereka terjebak di pohon, tidak bisa turun karena bahaya lahar. Tidak ada yang berani menyelamatkan mereka, kecuali Juja. Juja terbang menyelamatkan kedua tupai itu sekaligus memetik apel api.
Raja dan Ratu sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan tupai kesayangan mereka. “Oh lihat! Mereka juga bisa mendapatkan apel api!” seru Raja dan Ratu. Tapi, kedua tupai itu berkata bahwa bukan mereka yang memetik apel, melainkan Juja. “Burung rajawali yang luar biasa! Dia menyelamatkan kalian sekaligus memetik apel untuk kita!” seru Raja dan Ratu.
Raja dan Ratu yang mengagumi Juja berniat membawa Juja ke istana. Mendengar itu, Zir menyadari kesalahannya. “Juja, aku jahat padamu… tapi kau selalu baik dan menuruti semua keinginanku… tidak apa-apa jika Raja dan Ratu mau mengajakmu tinggal di istana, kau pantas hidup bahagia,” kata Zir sambil menangis menyesali perbuatannya selama ini.
“Tapi, hidup di istana akan membosankan. Hidup bersamamu penuh kesulitan dan tantangan, tapi itu membuatku menjadi seekor burung yang hebat,” kata Juja, yang menolak untuk tinggal di istana. Zir yang bahagia memeluk Juja. “Ini gawat, kalau kau jadi baik padaku berarti hidupku akan membosankan!” kata Juja pada Zir.
Cerita: Seruni Ilustrasi: Agung