Jangan Sampai Tragedi Longsor Sampah 2005 Terulang! Yuk, Berbagi Peran Tingkatkan Kualitas Hidup Pemulung

Persoalan sampah masih menjadi momok serius di Indonesia. Tahukah Moms dan Dads, bahwa tanggal 21 Februari mendatang diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Momen ini ditetapkan setiap tahunnya demi memperingati tragedi longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Jawa Barat, 16 tahun lalu. Tepat pada 21 Februari 2005 saat itu, sebanyak 150 jiwa manusia terkubur hidup-hidup karena longsor sampah. Mayoritas korban adalah penduduk di sekitar TPA yang bekerja sebagai pemulung. Sejak itulah, HPSN diperingati setiap tahunnya demi membangun komitmen bersama agar kejadian tersebut tidak terulang, dan menjadi pemicu supaya Indonesia dapat bersih sampah.

Namun sayangnya, Indonesia masih menjadi penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 di dunia. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk bersama Sustainable Waste Indonesia (SWI), sebanyak 189.349 ton sampah plastik rata-rata/bulan yang dihasilkan di Pulau Jawa, hanya 11,83% yang dapat dikumpulkan sementara sisanya sebanyak 88,17% berakhir di TPA atau tidak terangkut sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Hal ini disampaikan oleh Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk. pada acara webinar menyambut Hari Peduli Sampah Nasional 2021 dengan tema #MariBerbagiPeran Sayangi Bumi, Kamis (18/01).

Padahal, jika sampah plastik dikelola dengan baik, bisa memberikan dampak ekonomi yang nyata. “Perwujudan ekonomi sirkular harus melibatkan peran dan fungsi setiap pelaku rantai nilai sampah yang terdiri dari begitu banyak pihak, mulai dari pemerintah, dunia usaha/industri, sektor informal, hingga masyarakat pada setiap siklus tahapan pengelolaan sampah; meliputi upaya pemilahan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir,” imbuh Dr. Alin Halimatussadiah, Ph.D selaku Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan, LPEM FEB UI.

Seperti kita tahu, pemulung memiliki peran sentral yang patut diperhatikan karena merekalah yang berjasa mengumpulkan sampah sebagai bahan baku yang mendukung industri daur ulang. Oleh karena itu, sudah saatnya kita melekatkan para pemulung ke dalam kesatuan rantai nilai pengelolaan sampah yang lebih utuh.

Para pembicara dalam sesi virtual press conference dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2021. (Ki-Ka atas): Ujang Solihin Sidik, S.Si., M.Sc. – Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan Nurdiana Darus – Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia Foundation (Ki-Ka bawah): Dr. Alin Halimatussadiah, PhD – Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan LPEM FEB Universitas Indonesia dan Prispolly Davina Lengkong – Ketua Perkumpulan Pemulung Indonesia Mandiri (PPIM)

Hal ini bisa dilakukan secara sederhana mulai dari rumah, yakni mengumpulkan sampah plastik, memilah, dan membersihkannya untuk diangkut oleh pemulung maupun diantarkan langsung ke bank sampah terdekat untuk didaur ulang. “Hampir 8000 bank sampah sudah ada Google My Bisnis,” terang Nurdiana Darus.

Kesadaran tiap elemen keluarga untuk peduli akan pengelolaan sampah ini sangat diharapkan. Dengan begitu, kita juga bisa membantu pemulung untuk meningkatkan taraf hidupnya. Apalagi di masa pandemi ini,tantangan para pemulung semakin berat.

Seperti yang disampaikan oleh Prispolly Davina Lengkong selaku Perkumpulan Pemulung Indonesia Mandiri (PPIM). “Mereka seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit sehingga pekerjaan pun jadi terhalang. Banyaknya pembatasan juga membuat mereka sulit bermobilisasi, belum lagi sebagian besar perumahan masih ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19. Untuk dapat terus menyambung hidup dan berkontribusi dalam mengurai permasalahan sampah, mereka membutuhkan dukungan dari kita semua,” katanya.

Untuk itu, Unilever Indonesia dan PPIM luncurkan kerjasama baru yang menargetkan 3.000 pemulung sebagai penerima manfaat dari rangkaian program edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Program edukasi antara lain meliputi: pelatihan literasi keuangan, keterampilan berkomunikasi, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi para pemulung untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Ilustrasi Rantai Nilai Sampah

Program Unilever Indonesia dan PPIM ini melanjutkan kerjasama kedua institusi yang berawal di tahun 2020 melalui penyerahan sarana mesin press sampah plastik untuk membantu meningkatkan nilai ekonomis sampah plastik yang kemudian dijual oleh para pemulung kepada para pengepul sampah.

“Kita semua memiliki peranan masing-masing untuk mewujudkan ekonomi sirkular. Dari mulai ruang lingkup terkecil yaitu keluarga dengan bijak menggunakan plastik dan memilah sampah dari rumah, para pemulung dan pelapak dengan mengumpulkan sampah, hingga Pemerintah pada tatanan regulasi. Sebagai pelaku industri, hingga tahun 2020, Unilever Indonesia bersama dengan para mitra telah berbagi peran dalam membantu pengumpulan dan pemrosesan lebih dari 13.000 ton sampah plastik di seluruh Indonesia. Perjalanan kita masih panjang, untuk itu, #MariBerbagiPeran sayangi bumi,” tutup Nurdiana.

Yuk, Moms, kita bantu wujudkan ekonomi sirkular dari rumah masing-masing. Dimulai dengan mengubah mindset, bahwa mengolah sampah rumah tangga seperti memilah dan membersihkan bukan merupakan beban, melainkan menciptakan dampak positif yang sangat luas, untuk kehidupan para pemulung hingga kelestarian lingkungan.

Foto: Ist

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *