Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang krusial dalam menunjang keberlangsungan makhluk hidup di dunia. Namun, krisis air bersih masih melanda dunia. Salah satunya di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, hanya sekitar 74% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih. Angka tersebut semakin menurun untuk penduduk di luar daerah metropolitan (kota). Tanpa adanya persediaan air bersih, maka higienitas sulit terjaga dengan baik. Terlebih kondisi pandemi yang menuntut kita untuk rajin menjaga sanitasi dengan air bersih.

Selain itu, ada sejumlah kasus pencemaran air yang juga menimbulkan keresahan. Dampaknya tidak hanya merugikan manusia saja, tetapi makhluk hidup lain seperti flora dan fauna. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Yuk, kenali dampak pencemaran air dan bagaimana cara menanggulanginya!

  1. Banjir

Kamu tahu nggak, sih, penyebab banjir? Tentunya bukan cuman berasal dari curah hujan yang meningkat, akan tetapi juga dari penyumbatan aliran sungai akibat sampah-sampah yang menumpuk di air sungai. Bukan rahasia lagi kalau masih banyak penduduk yang lalai dan membuang sampah sembarangan di sungai. Akibatnya, air sungai menjadi tercemar dan tersumbat. Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut, kita perlu melakukan beberapa upaya antara lain seperti melakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) sampah rumah tangga, menormalisasi sungai untuk mengembalikan fungsi sungai, membuat dan mengembalikan fungsi drainase, membuat biopori, dan yang terakhir membuat ruang terbuka hijau. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga warga agar terjaganya air yang bersih dan sehat. Kita juga dapat berkontribusi dengan cara sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan di saluran air, menanam pohon di sekitar rumah, dan membuat saluran air yang baik.

  1. Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah banyaknya nutrisi terlarut seperti fosfat dan nitrogen di dalam air yang dapat merangsang pertumbuhan tumbuhan air. Eutrofikasi disebabkan oleh penumpukan nitrogen dan fosfat di perairan yang berasal dari limbah pupuk, deterjen, dan limbah kotoran peternakan dan akibatnya kadar oksigen di dalam air akan berkurang. Hal ini yang dapat membuat penurunan keanekaragaman hayati di perairan selain itu menimbulkan kerugian bagi peternak ikan.

Eutrofikasi tentu saja dapat dicegah. Cara penanggulangannya pun beragam. Kalian dapat memulai dengan mengontrol untuk mengurangi limbah fosfat di lingkungan, mengurangi penggunaan pupuk fosfat agar tidak berlebihan, dan melakukan bioremediasi atau penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.

  1. Penurunan Kualitas air

Menurunnya kualitas air dapat dilihat dari perubahan derajat keasaman atau pH, perubahan WRB (Warna, Rasa, dan Bau),  kandungan mikroorganisme yang tinggi (E.coli), timbulnya endapan dan bahan terlarut. Hal tersebut disebabkan oleh limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Akibatnya, air tidak dapat dikonsumsi, ekosistem perairan terganggu, menimbulkan penyakit seperti diare dan gatal-gatal, menyebabkan keracunan, dan mengganggu estetika lingkungan.

Tentunya ada cara untuk menanggulangi hal tersebut. Selain merawat lingkungan perairan, kamu dapat membuat kolam stabilisasi dan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL).

Sekarang kamu paham kan apa saja dampak dari pencemaran air bagi kita? Supaya hal itu tidak terjadi, kita perlu menanggulangi dengan upaya pencegahan seperti yang sudah dijabarkan di atas. Upaya-upaya tersebut tentunya dapat dilakukan jika ada kerjasama seluruh masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Oleh, karena itu mari bersama-sama merawat lingkungan air kita.

Foto: Ist

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *