“Lho, kok sepedanya dituntun, Nak?” tanya Ibu yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah. Bukannya menjawab pertanyaan Ibu, Rinda malah mendengus kesal. Ternyata, setelah melihat secara keseluruhan, rantai sepeda Rinda sudah menggantung tak karuan. “Oh, ini sebabnya? Ibu kira kamu mau olahraga yang lebih berkeringat,” canda Ibu. “Huh, Ibu malah ngeledek, deh. Sudah, ah, Rinda capek, mau mandi dulu,” keluh Rinda setelah menepikan sepedanya di depan garasi.
Setelah merapikan selang, kemudian Ibu mengambil perkakas untuk membetulkan rantai sepeda Rinda yang terlepas dari piringannya. Tak sampai sejam, rantai tersebut sudah kembali ke tempatnya. “Nah, beres, deh,” gumam Ibu sambil membersihkan bekas oli yang menempel di tangannya.
Di sekolah, Rinda mendapatkan tugas menyulam dari gurunya yang minggu depan harus dikumpulkan. “Duh, kok susah, ya?” keluh Rinda ketika memulai mengerjakan tugasnya di rumah. “Wah, tugas menyulam, Nak?” Ibu bertanya. “Iya, Bu. Tapi aku lupa tadi benangnya harus diapakan, ya?” ujar Rinda sambil mengingat-ingat yang telah diajarkan gurunya. “Ya, sudah, kita makan dulu, yuk. Nanti Ibu bantuin tugasnya,” janji Ibu.
Setelah makan, sesuai janjinya, Ibu membantu Rinda untuk mengerjakan tugas sulamannya. Ibu memberikan contoh terlebih dahulu dan kemudian Rinda meneruskan apa yang sudah dicontohkan Ibu. Rinda mengerjakannya sampai larut malam. Ia pun tertidur dengan sulaman setengah jadi masih di tangannya. Ibu tahu anaknya sudah berusaha keras untuk membuat tugasnya, jadi tak apa jika Ibu meneruskan tugas Rinda yang tinggal sedikit lagi.
“Ini bekalnya, jangan lupa dimakan, ya. Kalau ada teman yang tidak bawa bekal, bagi saja bekalmu. Ibu bawakan lebih, kok,” pesan Ibu sebelum Rinda berangkat sekolah. “Siap, Bu!” jawab Rinda sambil hormat pada Ibunya. “Tapi, sepertinya walaupun teman-temanku bawa uang jajan, mereka tetap minta bekalku. Soalnya masakan Ibu enak, sih,” puji Rinda. Setelah pamit dan mencium pipi Ibunya, Rinda bergegas pergi ke sekolah.
Ternyata, di sekolah teman-teman sedang membicarakan Hari Ibu yang sebentar lagi tiba. “Aku mau berikan Ibuku bunga, ah,” kata Mika. “Hmm, kalau aku mau bikin puisi untuk Mamaku,” sahut Namira. “Kalau kamu mau kasih apa, Rin?” tanya Mika. “Hmm, aku belum tahu, nih,” jawab Rinda kikuk.
Tanggal 22 Desember pun tiba. Rinda belum juga tahu akan memberikan apa pada Ibunya. Kemudian, ia menulis di secarik kertas dan memasukkannya ke dalam amplop berbentuk hati.
Seperti biasa, Ibu membuatkan bekal untuk Rinda. Setelah berpamitan untuk pergi sekolah, Rinda tak lupa memberikan surat yang telah ia tulis kepada Ibu. “Dibukanya kalau Rinda sudah tutup pintu pagar, ya, Bu,” pesan Rinda.
Sesuai pesan Rinda, Ibu membaca surat tersebut setelah Rinda menutup pagar.
“Dear Ibu, Terima kasih sudah membetulkan rantai sepedaku. Terima kasih selalu memasak makanan yang enak setiap hari. Terima kasih walaupun Ibu sibuk, tapi selalu membantu Rinda mengerjakan PR. Terima kasih sudah menjadi Ibu yang serba bisa untuk Rinda. Aku sayang Ibu.”
(Cerita: Nindy/Ares/Ilustrasi: Putri)