“Kreeeek..,” suara pintu dapur dibuka perlahan oleh Lukman. “Aku ingin makan mangga,” ucap Lukman yang sudah tidak sabar. Tapi sayang, Lukman tidak menemukan satu buah mangga pun di dapur. Sudah beberapa minggu ini, Lukman sangat menginginkan buah mangga. Sebab, bulan ini adalah musim buah mangga membanjiri pasar. Setiap hari saat musim mangga tiba, Mama Lukman selalu membelikan mangga kegemaran Lukman.
Selidik punya selidik ternyata musim mangga tahun ini gagal. Tak ayal lagi, mangga pun menjadi susah didapatkan di pasar. Gagalnya panen mangga tahun ini dikarenakan adanya hama ulat bulu. Hama ulat bulu melanda sentra-sentra perkebunan mangga yang membuat calon buah mangga, habis dimakan hama ulat bulu. Akhirnya, Lukman pun pergi ke taman untuk menghilangkan rasa kesalnya. Sesampainya di taman, Lukman duduk di bawah pohon mangga yang sangat rindang. “Uuuh.. andai saja serangan ulat bulu tidak merajalela, tentunya aku sekarang sudah bisa menikmati mangga Gincu yang harum dan manis itu..,” gumam Lukman.
Tiba-tiba ada suara aneh yang mengajak ngobrol Lukman. “Hai anak manusia, kamu sedang melamunkan makan mangga ya?” ucap suara asing tersebut dari balik dahan pohon mangga. Lukman pun mencari-cari asal suara asing itu. Tetapi ia tetap tidak dapat menemukan orang yang berbicara pada dirinya. “Aku adalah ulat bulu yang berada pada dahan di atas kepalamu..,” ucap suara misterius itu yang ternyata berasal dari suara ulat bulu. “Hiiii.. kamu ulat bulu atau setan?” ucap Lukman terkejut seraya melompat, menjauh dari pohon mangga tersebut. “Hahaha.. ternyata kau anak manusia, takut dengan aku yang hanya seekor ulat bulu. Bunga mangga ini sungguh enak, sayang kalau tidak ku makan. Krees…krees…krees…,” ucap si ulat bulu sambil terus mengunyah bunga mangga dengan rakusnya. “Aku akan mengalahkanmu nanti, supaya aku bisa makan mangga lagi!” teriak Lukman marah sambil berjalan pulang menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah, lukman bertemu dengan Ayahnya yang sedang merawat burung kutilang. “Lukman, tolong ambilkan tabung ulat di meja kecil itu ya!” seru Ayah. “Untuk apa ulat-ulat itu, Yah?” tanya Lukman sambil memperhatikan Ayahnya yang sedang membuka tabung tersebut dan mengambil beberapa ekor ulat pisang. “Ulat ini untuk makanan burung kutilang, supaya suaranya nyaring,” sahut Ayah. Lukman terdiam sejenak lalu berkata girang, “Aha! Aku dapat ide bagaimana caranya mengusir ulat bulu itu. Aku akan membeli beberapa burung dan kulepas di sekitar pohon mangga. Supaya burung-burung itu memakani ulat-ulat jahil itu!”
Keesokan harinya, Lukman datang ke taman dengan membawa 10 ekor kutilang. Ia berjalan mengendap-endap menuju pohon mangga yang diserbu oleh hama ulat bulu. “Hah, anak manusia itu datang lagi, teman-teman! Rupanya dia sudah berani mendatangi kita kembali!” teriak si ulat bulu jahil dengan lantang. “Aku tidak takut pada kalian, aku membawa sesuatu yang akan membuat kalian takut dan lari terbirit-birit meninggalkan pohon mangga ini!” ucap Lukman sambil menjulurkan lidahnya pada segerombolan ulat bulu itu. Lukman pun segera melepaskan 10 ekor burung kutilang yang dibawanya. Para burung kutilang itu langsung berpesta, melahap ulat-ulat bulu yang ada. Tak berapa lama, ulat-ulat bulu yang ada di pohon mangga, habis dimakan oleh burung-burung kutilang. Dan Lukman pun senang bukan kepalang.
Ternyata, membasmi hama serangga, tidak perlu menggunakan bahan kimia. Tetapi cukup mendatangkan predator (pemangsa) dari hama tersebut. “Aku siap menyongsong musim buah mangga mendatang!” seru Lukman tersenyum lebar memandangi pohon mangga yang sudah bersih dari hama ulat bulu. (Teks: Just For Kids/ Ilustrasi: Just For Kids)