“Guga, ayo kita jalan-jalan dengan mobil!” Guga senang sekali mendengar kata-kata majikannya ini. Jalan-jalan dengan mobil, dan mobil yang mewah pula! Mana ada hewan peliharaan seperti Guga si anjing husky yang luar biasa? Dan Guga dibeli dengan harga yang sangat mahal!
Oh, bukan hanya itu saja. Setiap bulan, Guga juga diajak pergi ke salon hewan yang mahal. Dia dimandikan agar bulunya indah dan wangi. Makanan Guga adalah daging dan sayur pilihan yang tentu saja tidak murah.
Inilah Guga yang menjulurkan kepalanya dari jendela mobil, duduk di sebelah tuannya yang menyetir. Orang-orang akan melihat Guga dengan senang dan kagum. “Wah.. anjing husky cantik sekali, ya? Lucu!” kata mereka.
Ya, Guga merasa dirinya adalah anjiing terbaik di dunia! Ketika Guga menyalak, orang-orang itu akan melambai dengan antusias. Ini buktinya!
Begitu kembali dari jalan-jalan bersama majikannya, Guga disambut oleh Bas, si kucing sphynx yang juga menjadi hewan peliharaan majikan Guga. “Wah, sudah selesai pamernya?” sindir Bas sambil menyeringai. “Aku tidak perlu pamer. Anjing sepertiku hewan peliharaan terbaik, sudah menjadi kenyataan,” kata Guga tersenyum sombong.
“Oh ya, sebentar lagi rumah di sebelah kita yang kosong akan terisi. Mudah-mudahan tetangga baru kita akan terkesan oleh Guga si anjing terhebat di alam semesta,” kata Bas terkekeh sambil berjalan pergi.
Guga ingin membalas perkataan Bas, tapi dia tidak berani. Bas seumur dengannya dan Bas juga dibeli dengan harga mahal. Mereka ada di posisi yang sama.
Ketika tetangga baru di sebelah mereka sudah seminggu tinggal di sana, Guga mencoba memamerkan dirinya dengan menggonggong di depan rumah mereka. “Pasti mereka akan kagum melihat Guga si anjing husky!” pikir Guga.
Tak diduga, sebuah benda melayang dan hampir saja mengenai Guga. Untung saja Guga cepat menghindar! PLAK! Sebuah sandal jepit terjatuh di aspal jalanan.
“Me—mereka melemparku dengan ini! Kenapa mereka tidak kagum melihatku!?” seru Guga panik. “Anjing berisik! Pergi!” terdengar suara marah dari dalam rumah. Guga yang panik, lari ketakutan kembali ke rumahnya.
Mendengar cerita Guga, Bas tertawa sampai terguling dari atas kursi sofa. “Apakah kau sudah puas menertawakan aku?” tanya Guga marah. “Hei, Guga, tidak perlu kecewa begitu. Tetangga sebelah kita juga tidak menyukai kucing,” kata Bas. “Apa mereka tidak punya hewan peliharaan?” tanya Guga bingung. “Tentu saja punya. Guga, kau salah kalau menganggap hanya kucing dan anjing seperti aku dan kau yang cocok dijadikan hewan peliharaan,” kata Bas. “Lalu, hewan apa yang mereka pelihara?” tanya Guga makin bingung.
Bas terdiam, telinganya bergerak mendengarkan sesuatu, lalu dia berkata pada Guga, “Ayo ikut. Aku tunjukkan hewan peliharaan istimewa di sebelah!”
Guga dan Bas mengintip dari balik lubang di tembok mereka. “Lihat itu,” kata Bas. Guga mengikuti arah pandangan Bas, dan dia melihat seekor burung di sangkar. Burung itu berkicau dan kicauannya sangat merdu, membuat Guga terharu.
“Kita tidak mungkin bisa bersuara seindah itu, Bas,” kata Guga, menyadari sesuatu yang sangat penting. Ya, Guga sadar bahwa dia bukan hewan peliharaan paling hebat yang disukai semua orang. Di dunia ini banyak hewan menarik dan indah lainnya yang bisa disayangi manusia. Selama ini, dia begitu sombong!
“Benar sekali, Guga. Kita harus tahu kemampuan kita dan jangan sampai menilai diri kita telalu tinggi,” kata Bas. Bas benar, pikir Guga. Mulai sekarang, dia akan bersikap seperti temannya itu, rendah hati dan bijaksana.
Cerita: Seruni Ilustrasi: Agung