Pohon srikaya di halaman rumah Adel sudah ada sejak ia dan orangtuanya menempati rumah tersebut. “Untung pohon srikaya di rumah nggak ditebang,” ujar Mbok Jum. Adel yang penasaran bertanya, “Emangnya kenapa, Mbok Jum?”
“Dulu pernah ada yang mencoba menebang pohon itu, dan dia jadi cacat, Non! Ada yang bilang di bawah pohon itu, dikubur anjing milik orang yang membangun rumah ini pertama kali. Roh anjing itu akan mengganggu siapa saja yang menempati rumah ini kecuali majikannya,” cerita Mbok Jum.
“Mbok Jum dengar dari siapa?” tanya Adel lagi. “Dari tetangga kita, Non,” jawab Mbok Jum. “Ah, pasti mereka bohong,” kata Adel tak percaya.
Suatu malam, Adel yang haus, pergi ke dapur untuk mengambil air minum. “Guk… Guk…,” tiba-tiba, terdengar suara gonggongan anjing dari luar rumah. “Hiii…,” Adel menjerit kaget. “Ada anjing liar masuk ke halaman. Jangan-jangan, Mbok Jum lupa menutup pagar,” kata Adel segera pergi ke luar.
Ternyata, pintu pagar sudah ditutup! Adel lalu berkeliling halaman rumah mencari asal suara gonggongan, tapi tetap tak ada anjing. “Apa aku salah dengar, ya?” gumam Adel.
Tembok rumah Adel tinggi, jadi, tak mungkin anjing liar bisa memanjat masuk. Adel terdiam dan memandang pohon srikaya. Dia ingat cerita Mbok Jum. Mungkinkah suara gonggongan yang didengarnya, milik roh anjing yang dikubur di bawah pohon srikaya? Adel pun langsung kembali ke kamarnya.
Esok harinya, Adel menceritakan pengalamannya pada Mama dan Papa. “Itu pasti anjing tetangga,” kata Mama. “Setahu Adel, nggak ada tetangga yang punya anjing,” jawab Adel.
“Mungkin tetangga kita baru saja punya anjing,” kata Papa ikut menimpali. “Tapi, suaranya dekat sekali, sepertinya dari pohon srikaya. Pohon srikaya itu aneh, Ma, nggak pernah berbuah!” ujar Adel bersikeras.
“Nanti Mama panggil tukang kebun untuk merawat pohon srikaya, setelah itu pasti berbuah. Sudah, jangan mikir yang aneh-aneh,” kata Mama. “Huh iya, deh,” keluh Adel.
Seminggu kemudian, seorang tukang kebun datang ke rumah untuk merawat pohon srikaya. “Mudah-mudahan pohon srikaya bisa berbuah. Jadinya, nggak seram lagi,” kata Adel. Waktu pun berlalu, tapi pohon srikaya tetap tak berbuah. Tukang kebun pun bingung.
Suatu ketika, Adel mendengar suara gonggongan anjing lagi. Saat itu, ia di rumah sendirian. Papa dan Mama pergi ke kantor. Sedangkan Mbok Jum pergi ke warung. Cuaca mendung membuat rumah Adel suram dan mengerikan. “Aku tidak tahan. Berhentilah menggonggong!” seru Adel ketakutan.
Duuuar… Tiba-tiba, petir terdengar sangat kencang, membuat Adel menjerit. Listrik kemudian mati. Adel berbaring di tempat tidur sambil menutupi badannya dengan selimut. “Non… Non… Adel!” seseorang membangunkan Adel.
Ternyata Mbok Jum. “Rupanya, aku ketiduran! Ada apa, Mbok?” tanya Adel. “Pohon srikayanya kena petir, Non. Hangus!” seru Mbok Jum. “Apa?!” kata Adel terkejut.
Mama dan Papa juga kaget. “Syukurlah, kamu tidak apa-apa, Adel. Lebih baik kita tidak usah menanam pohon,” kata Papa.
Mbok Jum menemukan tulang belulang yang terkubur di bawah pohon srikaya. Dilihat dari bentuknya, tulang itu mirip seekor anjing! Mbok Jum lalu menguburnya di tepi sungai. Sejak itu, suara gonggongan anjing pun tak terdengar lagi.
(Teks: Seruni/ Ilustrasi: Just For Kids)