Ela dan Elo adalah anak kembar Raja Ro dari Kerajaan Harmoni, kerajaan yang dikenal karena penduduknya yang kebanyakan berbakat di bidang musik. Tapi seluruh dunia memandang kagum Kerajaan Harmoni karena pembuatan biola. Biola buatan Kerajaan Harmoni terbuat dari kayu eboni, yang membuatnya memiliki suara yang lantang.
Raja Ro sendiri adalah pembuat serta pemain biola yang handal. “Elo, kau harus meneruskan apa yang sudah dilakukan Ayahmu. Kerajaan Harmoni harus jadi satu-satunya kerajaan pembuat biola terbaik,” kata sang Raja pada puteranya. “Baik, Ayah,” kata Elo. “Bagaimana denganku, Ayah?” tanya Ela. “Karena kau anak perempuan, jangan pusingkan dirimu dengan hal yang sulit. Kau hanya perlu mempercantik diri dan membuat resep masakan kerajaan,” kata sang Raja. Ela kecewa, tapi dia tidak bisa berdebat dengan Ayahnya.
Suatu hari, Ela melihat Elo berjalan keluar dari dapur istana. “Elo, apa yang kau lakukan di sini? Guru biola mencarimu!” kata Ela. “Seharusnya Kakak belajar memasak, tapi koki istana mencari Kakak dari tadi,” kata Elo. Elo dan Ela saling memandang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk jujur. “Aku tidak suka biola, aku ingin memasak dan membuat resep!” kata Elo. “Aku justru menyukai biola, dan ingin membuat biola. Tapi sekarang ini kita tidak bisa melawan kehendak Ayah. Elo aku punya ide. Kau belajar biola dan pembuatannya, aku belajar memasak dan membuat resep. Kita saling mengajarkan ilmu masing-masing!” kata Ela. “Aku setuju, Kakak!” kata Elo.
Pada suatu kesempatan, Ela dan Elo mendengar berita yang menakutkan. Kerajaan Harmoni akan menyerang kerajaan bernama Nada! “Ayah, benarkah berita yang kami dengar?” tanya Ela dan Elo. “Benar. Tapi perang ini harus dilakukan karena Kerajaan Nada tak mau memberikan kayu-kayu eboninya pada kita lagi,” kata Raja Ro. “Ayah, kita tak perlu kayu eboni lagi untuk membuat biola. Kita bisa membuat biola dengan kayu mahoni yang tumbuh di kerajaan kita,” kata Ela. “Bagamana kau tahu? Bukankah kau belajar memasak?” tanya Raja bingung. “Akulah yang belajar memasak, Ayah. Kakak menyukai biola dan pembuatannya. Dan aku menyukai memasak,” kata Elo. “Apa?!” seru Raja marah.
Sebelum Raja Ro sempat murka, guru biola dan para pembuat biola senior masuk ke ruang singgasana. Mereka sangat dihormati Raja Ro. “Yang Mulia, tolong dengarkan Puteri Ela. Selama ini kami tidak tahu kalau kayu mahoni bisa dibuat untuk biola. Puteri Ela yang memberikan ide pada kami,” kata seorang pembuat biola senior. “Musik adalah keindahan dan keselarasan. Tidaklah pantas jika biola kita dibuat dari kayu yang diambil paksa dari kerajaan lain,” kata si guru biola. Lalu si guru biola memainkan biola yang dibuat dari kayu mahoni. “Ini biola buatan puteri Ela,” katanya. Suara biola itu membuat sang Raja terharu. Raja Ro menatap puterinya dengan kagum. “Selama ini aku hanya mendengar suara biola yang lantang, tapi biola mahoni ini indah dan lembut! Ela, mulai saat ini kuserahkan pembuatan biola Kerajaan Harmoni padamu!” kata Raja Ro.
Raja Ro, Ela, dan Elo pergi ke Kerajaan Nada. Mereka meminta maaf dan mulai saat ini Kerajaan Nada dapat menggunakan kayu Eboni mereka sebagai perabot. Elo memberikan masakan buatannya yang lezat pada Raja Nada. Hal ini membuat kebencian Raja Nada luluh dan dia berjabat tangan hangat dengan Raja Ro. Raja Ro memeluk Ela dan Elo. “Anak-anakku yang hebat!” katanya.
Cerita: Seruni Ilustrasi: Agung