“Hei, Dogi…” panggil seorang Kakek tua pada seekor anjing berwarna kecokelatan. Anjing bernama Dogi itu pun langsung berlari kencang menghampiri Kakek tersebut. “Kamu lapar ya?” tanya sang Kakek.
“Guuk.. Guuk…” Dogi menjawab seakan-akan mengerti pertanyaan si Kakek. Lelaki tua itu kemudian merogoh kantong plastik yang dibawanya. Ia mengeluarkan bungkusan berisi burger dari kantong tersebut. “Karena aku sudah tua, aku tak boleh banyak makan daging,” ujar si Kakek. “Jadi, daging ini buat kamu saja ya,” kata Kakek itu lagi.
Si Kakek lantas memisahkan daging dari dalam roti burger dan memberikannya kepada Dogi. Sedangkan roti dan sayuran di dalam burger itu dimakan sang Kakek. Keduanya makan bersama di pinggir jalan tak jauh dari sebuah halte bus.
Pak Kusno, nama si Kakek, memang terbiasa memberi Dogi makan. Padahal, Dogi hanyalah seekor anjing liar yang tak punya majikan. Ia selalu berkeliaran di sekitar halte bus, tempat Pak Kusno biasa menunggu bus. Nama Dogi sendiri, diciptakan oleh Pak Kusno untuk memanggil anjing liar itu.
Saat pertamakali melihat Dogi, Pak Kusno sangat merasa kasihan. Soalnya, badan Dogi sangat kurus. Maklum saja, Dogi mencari makan di sembarang tempat. Seringkali, Dogi mencari makan di tong sampah. Kalau sedang beruntung, ia bisa memakan sisa-sisa tulang atau daging di tong sampah itu.
“Guuk… Guuk…” suara Dogi menyalak kencang. Dari kejauhan, Dogi melihat Pak Kusno sedang berjalan menuju halte bus. Dogi langsung berlari menghampiri dan selalu berjalan di samping Pak Kusno hingga sampai ke halte bus. Sebelum naik ke dalam bus, Pak Kusno memberi makanan untuk Dogi. “Sudah ya, aku mau berangkat kerja,” ujar Pak Kusno seraya berpamitan kepada Dogi.
Sore harinya saat Pak Kusno pulang, Dogi sudah siap menunggu di halte bus. Saat pintu bus terbuka, Dogi pun menyalak kencang. “Halo, Dogi,” sapa Pak Kusno sambil membelai bulu halus Dogi.
Dogi kemudian berjalan bersama Pak Kusno sampai ke rumahnya. “Ayo, sesekali kamu masuk ke rumahku,” ajak Pak Kusno. “Aku tinggal di rumah seorang diri,” kata Pak Kusno.
“Guuk… Guuuk…” jawab Dogi. Anjing liar itu langsung berlari menuju halte bus yang telah menjadi tempat tinggalnya.
Entah kenapa, Dogi tak pernah mau masuk ke dalam rumah Pak Kusno. Ia lebih senang menjadi anjing liar. Setiap hari Dogi selalu terlihat di sekitar halte bus. Saat malam tiba, Dogi tidur di atas tempat duduk halte bus.
Setiap hari, kebiasaan antara Dogi dan Pak Kusno selalu berulang. Tubuh Dogi yang semula kurus, akhirnya bertambah gemuk karena sering diberi makan oleh Pak Kusno. Setiap pagi dan sore, keduanya selalu bertemu di halte bus.
Suatu hari, saat pagi menjelang, Dogi sudah menunggu di halte bus. Ia melihat tikungan yang biasa dilewati Pak Kusno. Dari kejauhan, tak nampak sosok lelaki tua yang berjalan menuju halte bus. Dogi terus menunggu di halte bus.
Menjelang siang, Pak Kusno tidak terlihat sama sekali di halte bus. Dogi yang sedang menunggu, akhirnya berlari kencang mendekati tikungan yang biasa dilewati Pak Kusno.
Dogi langsung berbelok ke arah rumah Pak Kusno. Dari kejauhan, terlihat rumah Pak Kusno yang sepi seperti biasa. Tanpa menunggu lama, Dogi berlari kembali menuju rumah Pak Kusno. “Guuk.. Guuk..” Dogi menyalak setelah sampai di depan pintu rumah Pak Kusno.
Tak ada suara Pak Kusno yang biasa menyapa bila Dogi menyalak. Berkali-kali, Dogi menyalak tapi tak ada jawaban dari dalam rumah Pak Kusno. Akhirnya, Dogi mendorong pintu. Anehnya, pintu rumah Pak Kusno tidak dikunci. Sambil mengendus-enduskan hidungnya, Dogi mengintip dari pintu rumah yang sedikit terbuka.
Tubuh seorang lelaki tua tergeletak di dekat tangga. Dialah Pak Kusno. Dogi kemudian menghampiri Pak Kusno yang tergeletak di lantai. Dogi menciumi tubuh Pak Kusno sambil berharap Pak Kusno terbangun. “Guuk.. Guuk..” Dogi menyalak, tapi Pak Kusno tak bangun juga.
Tanpa menunggu lama, Dogi langsung berlari keluar rumah dan menyalak sekencang-kencangnya. “Guuuk… Guuuk.. Guukkk,” Dogi tak berhenti menyalak di luar rumah.
Suara Dogi membuat orang-orang di sekitar menghampiri rumah Pak Kusno. Kerumunan orang penasaran dengan apa yang terjadi di rumah Pak Kusno. “Hei, kenapa anjing itu berisik sekali?!” ujar salah seorang pria yang berdiri tak jauh dari Dogi.
Akhirnya, beberapa orang memutuskan untuk mendekati rumah Pak Kusno dan mengintip dari pintu yang terbuka. “Astaga, Pak Kusno tergeletak,” ujar seorang wanita tetangga Pak Kusno. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung mendekati dan memeriksa tubuh Pak Kusno.
Tanpa berpikir panjang, beberapa orang warga langsung membawa Pak Kusno ke rumah sakit dengan menggunakan mobil. Beruntung, Pak Kusno bisa diselamatkan. Pak Kusno tersadar setelah mendapatkan perawatan dari dokter.
“Pak Kusno, Anda diselamatkan oleh anjing,” ujar seorang warga yang ikut ke rumah sakit. “Anjing? Anjing mana?” tanya Pak Kusno terbata-bata sambil penasaran.
“Anjing itu,” ujar pria itu sambil menunjuk ke luar jendela rumah sakit. “Guukk… Guuukk…” Dogi menyalak kencang saat Pak Kusno melihatnya. “Terimakasih, Dogi,” ujar Pak Kusno berbisik pelan. (Teks : JFK Ilustrasi : Agung)