Dedo si keledai, tinggal bersama Gerad seorang pedagang gandum. Setiap pagi, Dedo dan Gerad bersusah payah mengikat gandum dalam karung, lalu membawanya ke pasar untuk dijual.
Pada suatu hari, pasar tempat Dedo dan Gerad menjual dagangan gandum mereka, ditutup karena seorang bangsawan angkuh ingin membuat istana di lokasi pasar itu. “Bagaimana ini?” tanya Gerad muram. “Tenang saja, kita hanya perlu berjalan lebih jauh ke pasar di kota sebelah,” jawab Dedo memberi pengertian.
Keesokan paginya, Dedo dan Gerad sudah bersiap-siap pergi ke pasar kota sebelah, tapi tiba-tiba Gerad jatuh sakit. “Maafkan aku, Dedo. Kau terpaksa pergi sendiri menjual gandum,” sesal Gerad. “Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya, kok,” Dedo meyakinkan Gerad. Lalu, ia pun pergi sendirian ke pasar kota sebelah.
Ketika Dedo hampir sampai, seekor keledai lain dengan wajah sedih datang dari arah berlawanan. “Kau mau ke pasar? Lupakan saja, pasar di kota ini sudah ditutup oleh seorang bangsawan yang mau membuat taman. Semua yang berdagang diusir oleh kuda angkuh milik si bangsawan,” cerita si keledai pada Dedo. Mendengar itu, Dedo sangat marah. “Biar aku yang bicara pada si kuda!” serunya.
“Pulanglah, keledai! Pasar sudah tidak ada lagi. Jika tidak, kau akan berhadapan denganku, Ranos,” tantang kuda milik si bangsawan pada Dedo. “Aku pernah melihatmu di pasar kota kami. Ternyata, tuanmu adalah bangsawan yang juga menutup pasar kami. Kalian tidak bisa berbuat semena-mena!” seru Dedo. “Bagaimana kalau kita mengadakan pertandingan berlari sambil membawa barang? Jika kau menang, aku dan tuanku akan membuka pasar lagi,” tawar Ranos. “Setuju!” seru Dedo tanpa pikir panjang.
Pertandingan pun dimulai, yang menjadi juri adalah semua kuda dan keledai. Seekor kuda memberi aba-aba. Pada hitungan ke-3, Dedo dan Ranos berlari. Tentu saja, kecepatan berlari Ranos bukan tandingan Dedo. Akhirnya, Dedo kalah. “Bagaimana, keledai? Kau tidak bisa mengalahkan kehebatanku!” seru Ranos angkuh. “Ya, Ranos, kau memang hebat. Kalau boleh, aku ingin minta beban yang kau bawa sebagai kenang-kenangan,” pinta Dedo. Mendengar itu, wajah Ranos pucat. “Berikan, Ranos. Agar si keledai bodoh ini selalu ingat akan statusnya yang lebih rendah dari kita, para kuda!” seru teman-teman kuda Ranos.
Tak punya pilihan, Ranos pun menyerahkan bungkusan bebannya pada Dedo. Dedo menerimanya dan dengan segera merobek bungkusan beban itu. “Oh, tidak!” seru para kuda dan keledai terkejut. Ternyata, bungkusan beban yang dibawa Ranos berisi kapas. Ranos berbuat curang. “Sejak dulu, kuda selalu menjadi tunggangan manusia. Bukan pembawa beban berat,” jelas Dedo puas.
Sesuai dengan janji Ranos, kedua pasar dibuka kembali oleh si bangsawan. Bangsawan itu kagum dengan keberanian Dedo dan menyesali perbuatannya. Gerad pun sembuh dari sakit dan kembali berdagang. (Teks: Seruni/ Ilustrasi: Fika)