Yasmin duduk termenung di kursi teras rumahnya. Matanya yang jernih menatap kebun bunganya. Kebun itu terawat baik dan cukup sinar matahari. Sejak kecil, ia memang suka berkebun. Tanaman bunganya bermacam-macam. Tanaman itu tumbuh subur dan rajin berbunga. Karena ia selalu rajin merawatnya.
Ceritanya, beberapa waktu lalu, Paman berkunjung ke situ. Paman senang sekali melihat kebun Yasmin. Kebetulan ia juga gemar berkebun seperti Yasmin. “Kalau ke sini lagi aku akan membawakan bibit bunga dahlia untukmu,” janji Paman. Yasmin girang sekali. Ia yakin Paman tidak berbohong. Paman pasti tidak kesulitan mendapatkan bibit itu. Karena Paman bekerja di Dinas Pertanian.
Paman benar-benar memenuhi janjinya. Ketika datang ke situ lagi, ia membawakan sekantong bibit. Ia bahkan membantu Yasmin menanam bibit-bibit tanaman itu. “Dua bulan lagi tanaman ini pasti sudah berbunga. Asal kau merawatnya dengan baik-baik. Kau bisa memetiknya untuk mempercantik ruang tamu rumahmu atau menjual bunga-bunga itu,” kata Paman.
Beberapa hari kemudian, bibit-bibit itu mulai bertunas. Yasmin semakin rajin menyiram dan menggemburkan tanahnya. Namun seteleh dua bulan, tanaman itu cuma berdaun sangat lebat. Tidak ada tanda-tanda ia akan berbunga. “Kenapa tidak berbunga, ya? Padahal aku telah merawatnya baik-baik. Nanti aku akan menanyakannya pada Paman,” pikir Yasmin. Tiba-tiba, terdengar panggilan Ibunya. “Yasmin, cepat ke sini, ada telepon dari Pamanmu!” kata Ibu. Ternyata, Paman memberitahu bahwa ia akan berlibur selama seminggu di rumah Yasmin. Yasmin senang sekali.
Hari-hari berlalu, Yasmin sudah tak sabar menunggu kedatangan Paman. Sesekali timbul rasa kesalnya pada Paman. Ia berpikir Paman telah membohonginya. Mana ada tanaman bunga yang tidak berbunga. Dan hari yang ditunggu pun tiba. Akhirnya Paman datang juga. Yasmin berlari menyambut Pamannya. “Ibu..Paman datang…,” serunya. Ibu muncul di pintu. “Yasmin, biarkan Pamanmu masuk dulu. Kemudian buatkan minuman untuknya, ya!” pinta Ibu.
Yasmin bergegas ke dapur. Sementara itu, Ibu dan Paman asyik berbincang di meja makan. “Yasmin penasaran dan kecewa karena tanaman yang kau berikan padanya tak mau berbunga,” tutur Ibu.
“Tidak berbunga? Mana mungkin? Bibit itu kupilihkan yang terbagus mutunya,” ujar Paman heran.
“Mungkin tanaman itu tak cocok tumbuh di daerah sini,” kata Ibu.
Paman belum sempat menjawab ketika Yasmin muncul. Ia memberikan gelas berisi minuman sambil bertanya, “Paman, kenapa sih tanamanku tak mau berbunga? Padahal aku sudah merawatnya dengan baik.” Paman meneguk minumannya, kemudian menjawab, “Mari kita lihat tanaman itu. Kemudian baru kita cari sebabnya.”
Mereka berdua pergi ke kebun lewat pintu samping. “Yang mana tanaman itu?” tanya Paman. Yasmin menunjuk segerombolan tanaman. Dahi Paman tiba-tiba berkerut. “Astaga! Kenapa bisa jadi begini?” ujar Paman. Ia lalu berjongkok di dekat tanaman itu. Ia memetik selembar daun, meremas, dan mencium daun itu. Tiba-tiba, tawa Paman meledak, “Hahaha….ternyata dugaanku benar! Hahaha…”
“Apa maksud Paman?” tanya Yasmin. Tetapi Paman terus tertawa. Tak lama kemudian, Paman berhenti tertawa. “Aduuuh..maafkan Paman, Yasmin. Rupanya bibit tanaman itu tertukar. Waktu itu Paman tergesa-gesa berangkat, sehingga tak sempat memeriksa bibit-bibit yang Paman bawa,” jelas Paman. “Lalu, itu tanaman apa dan milik siapa?” tanya Yasmin penasaran. “Itu tanaman obat-obatan yang seharusnya Paman berikan untuk teman Paman,” jawab Paman. “Pantas saja ia tak mau berbunga. Habis, memang bukan tanaman yang bisa berbunga. Huh! Dasar Paman!” tutur Yasmin sambil tertawa geli. Sekali lagi tawa Paman meledak keras sekali.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK