Tujuh bulan lebih sudah kita semua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Jika biasanya kalian jajan di kantin sekolah dan membuang sampah di area sekolah, kini kalian menjadi lebih sering makan di rumah dan mau tak mau sampah juga lebih banyak di rumah.
Nah, melihat fenomena tersebut, Sabtu, 31 Oktober 2020 kemarin, ILUNI UI (Ikatan Alumni Universitas Indonesia) menggelar sesi webinar bertema “Cara Asyik Kelola Sampah Rumah di Masa Pandemi”. Acara ini bertujuan mengajak masyarakat belajar mengelola dan memilah sampah rumah tangga khususnya di masa pandemi COVID-19 ini.

Ketua Community Development Center ILUNI UI, Ibu Indri L. Juwono mengatakan, kegiatan ini digelar melihat adanya masalah baru krisis sampah akibat pandemi yang belum terselesaikan. “Selama pandemi, kegiatan di rumah saja berpotensi meningkatkan sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah yang sebelumnya dilakukan di sekolah pun ikut pindah ke rumah akibat PJJ,” ujarnya.
Meningkatnya sampah di rumah tangga ini disinyalir terjadi karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang tengah dilakukan saat ini menggeser masalah pengelolaan sampah dari sekolah ke rumah. “62% dari total sampah nasional disebutkan LIPI, telah disumbang oleh rumah tangga dimana persentase ini diperkirakan meningkat sejak pandemi akibat kegiatan di rumah saja seperti PJJ,” tambah Bapak Andre Rahadian, Ketua ILUNI UI.

Meski begitu, tidak ada kendala bagi para siswa, guru, dan orang tua untuk tetap bisa melakukan kegiatan pilah sampah selama PJJ yang sebelumnya dilakukan di sekolah. “Banyak cara dalam melakukannya. Untuk sekolah-sekolah yang sebelum PJJ melakukannya, tetap bisa mengaplikasikan kegiatan tersebut di rumah. Untuk sekolah yang belum, kami berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi penanganan sampah terpilah di sekolah,” ucap Ibu Indri.

Salah satu narasumber yang hadir, Ketua Proyek Sekolah Hijau (Sekolah Adiwiyata), Bapak Selma Kurniawan, menceritakan berbagai program pengelolaan sampah di SDIT Anak Shalih Bogor. “Program pengelolaan sampah tetap dijalankan meski di tengah pandemi, kami terus mencoba mengumpulkan kekuatan dan kerja sama yang sudah terjalin antara sekolah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, dan BASIBA (Bank Sampah Induk Berbasis Aparatur). Kami pilah sampah setiap Rabu dan Jumat, mengelola sampah organik atau bipori, serta menerapkan paperless office. Program tersebut tidak hanya dilaksanakan oleh sivitas akademika saja, tapi juga anak-anak dan orang tua di rumah,” paparnya.

Di kesempatan yang sama, perwakilan Tim ASEAN Eco School SMPN 10 Malang, Ibu Ida Wahyuni, mengatakan bahwa selama masa pandemi pengelolaan sampah di sekolahnya tetap mengutamakan prinsip 3R yakni reduce, reuse, dan recycle. Selain itu, siswa juga mendapat materi dan tugas oleh guru untuk melaksanakan percobaan di rumah dengan alat dan bahan bekas. “Kami melakukan kreasi mata pelajaran prakarya dengan bahan daur ulang yang dilakukan dari sebelum atau sesudah pandemi. Kegiatan ini membuat anak-anak senang mengerjakan kelola sampah di rumah dengan memanfaatkan botol-botol yang ada di rumah,” terangnya.
Sampah Elektronik

Menariknya, dalam sesi webinar ini dihadirkan pula Rafa Jafar, siswa SMA Taruna Nusantara, yang sudah peduli dengan lingkungan khususnya sampah elektronik, sejak Sekolah Dasar. “Sampah elektronik seperti gadget, charge, laptop, komputer, kipas angin, dan peralatan elektronik lainnya, menjadi sampah yang sangat beracun bagi lingkungan,” tandasnya.
Berlatar belakang hal tersebut, Rafa pun terpanggil untuk membuat komunitas yang peduli terhadap sampah elektronik ini. Lewat ewasterj, Rafa mengedukasi, mengumpulkan, dan menyalurkan sampah-sampah elektronik untuk di daur ulang sehingga tidak membahayakan lingkungan.
Kompetisi Tiktok
Ada kabar gembira, nih! Sebagai salah satu cara mengedukasi tentang mengelola sampah dengan cara yang asyik, digelar pula kompetisi Tiktok. Kompetisi TikTok ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan webinar series ‘Edukasi Kelola dan Pilah Sampah Rumah Tangga di Masa Pembelajaran Jarak Jauh (Ekowisata PJJ)’ yang dilakukan Community Development Center dari Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) dan berlangsung sepekan sejak Sabtu (31/10).
“Melalui kompetisi video TikTok berdurasi 1 menit, kami ingin mengajak masyarakat menerapkan pola hidup ramah lingkungan dengan praktik zero waste (nol sampah) serta pengelolaan dan pemilahan sampah yang baik di rumah,” terang Ibu Indri.

Menutup paparan webinar, Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Kak Tiza Mafira, menekankan pentingnya memisahkan sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering) agar tidak mencemari satu sama lain. ”Yang pasti sampah organik harus dilakukan composting agar tak memicu gas metana saat dimasukan ke dalam plastik. Selain mencemari udara, gas metana ini juga berpotensi bahaya di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kalau belum bisa composting sendiri, bisa ajak komunitas atau RT untuk membentuk fasilitas composting bersama,” tandasnya.
Foto: Novi