Icha adalah gadis kecil yang imut dan lucu. Namun, sore itu ia sedang murung dan sedih di teras rumahnya. Boneka satu-satunya yang dia miliki hilang. Icha tidak mau dibelikan yang baru lagi. Dia hanya mau bonekanya yang hilang itu.
Boneka itu adalah boneka pertama Icha yang dibelikan papanya, jadi tak tergantikan. Seingatnya, boneka itu berada bersamanya di depan televisi ketika menonton acara film anak-anak. Namun, ketika dia pulang dari bermain, boneka itu tak lagi ditemukannya.
“Kan Mama sudah bilang, kalau Icha mau pergi main, bonekanya taruh dulu di kamar. Jangan taruh sembarangan,” kata mamanya menasehati. “Iya, Mama, biasanya tak pernah hilang. Ditaruh di ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga juga tak pernah hilang. Mama yang nyembunyiin ya? Mama tadi beres-beres rumah kan? Ayolah, Ma, jangan bercanda,” rengek Icha.
“Eh, Mama belum beres-beres rumah lho. Mama kan baru pulang kerja. Yang di rumah, Icha sama Nenek aja kan?” kata mama. “Neneeeeek….,” Icha berlari ke dapur sambil teriak sekuatnya memanggil nenek. “Icha! Jangan teriak-teriak kenapa sih?” kata mamanya marah.
“Ada apa, anak cantik?” kata nenek sambil membelai rambut cucunya yang bergelayut manja di kakinya. “Nek, boneka Icha mana? Nenek simpan di mana?” tanya Icha. “Lho, tadi kan sama Icha? Nenek dari tadi di dapur aja, belum ke ruang tengah lagi,” jelas nenek.
“Adduuh….di mana sih?” mata Icha mulai berair. Dia uring-uringan, duduk di meja makan. Lalu turun menjongkok, mengawasi bawah meja makan mencari bonekanya yang hilang. Lalu berlari ke ruang tengah, ambil kursi lalu memanjat kursi itu melihat isi lemari ruang tamu. Lihat ke atas lemari, di balik televisi, semua diselidiki. Semua ruangan ditelusurinya. Tapi tetap saja tidak ada. Bonekanya hilang!
“Sudahlah…Mama ganti yang baru ya? Nanti habis Maghrib kita ke mall. Sekarang Icha sholat dulu gih. Sudah adzan tuh,” kata mamanya bijak. “Icha nggak mau beli yang baru!” rengek Icha. “Icha, sholat dulu, berdoa agar bonekanya ketemu. Yuk, sholat bareng Nenek,” ajak neneknya.
Icha ogah-ogahan masuk ke kamar mandi lalu berwudhu. Kemudian sholat bareng neneknya. Setelah sholat, Icha berdoa menengadahkan tangannya. Dia berdoa dengan suara jelas. “Ya, Allah. Tunjukkan boneka Icha di mana. Icha nggak mau boneka itu hilang. Aamiin…,” ucapnya.
Setelah itu, nenek, mama, dan Icha bersama-sama mencari boneka lagi. Setiap sudut rumah ditelusuri. Namun tetap juga tidak ketemu. Icha mulai putus asa. “Ma, sepertinya doa Icha belum dikabulkan Tuhan,” keluhnya. Dia termenung duduk di sofa ruang tamu. Icha ingat kata papanya. Doa yang baik pasti dikabulkan Tuhan. Hanya saja doa itu ada yang cepat dikabulkan namun ada juga yang lambat atau bisa saja diganti dengan yang lebih baik. Semua tergantung dari bagaimana kita mensyukuri rezeki yang sudah kita peroleh.
“Ahaaa…Icha tahu! Ma, kita beli boneka baru yuk,” katanya mengejar mamanya ke kamar. “Tadi katanya nggak mau diganti, maunya boneka yang lama,” sindir mamanya. “Iya, Ma, bukan untuk Icha tapi untuk dedek Nurul,” kata Icha. “Lho, boneka Icha yang hilang kok malah mau membelikan boneka buat dedek Nurul?” tanya mamanya heran.
“Heheee…anu, Ma..tadi siang dedek Nurul ke rumah dengan mamanya. Lalu minta boneka Icha, tapi Icha nggak bolehin. Soalnya itu kan boneka kesayangan Icha. Dedek Nurulnya menangis, Ma. Keras deh nangisnya. Lalu Icha tinggal pergi main saja. Hehe…Icha pelit ya, Ma?” kata Icha nyengir. “Nah, kata Papa, pelit itu tidak boleh. Karena itu sama saja tidak mensyukuri nikmat rezeki yang kita dapat,” jelas Icha.
Mama tersenyum membelai rambut Icha. Dan akhirnya, mereka pun pergi ke mall. Membeli boneka baru dan keperluan lainnya. Pulang dari mall, Icha langsung ke rumah dedek Nurul, tetangga sebelah rumahnya.
“Dedek Nurul, maafin Kak Icha ya. Tadi nggak mau pinjamin bonekanya Kakak. Nih, buat dedek Nurul,” kata Icha menyerahkan boneka yang baru saja dibelinya tadi.
“Aduh, Nak. Terima kasih banyak. Maaf ya jadi ngerepotin. Bonekanya Icha ada sama kami. Tadi Nurulnya nggak mau berhenti menangis, jadi saya pinjam bonekanya sama nenek Icha!” kata mamanya dedek Nurul lalu buru-buru ke dalam mengambil boneka Icha.
Icha terkejut dan tertawa kegirangan. “Hahaha… Itu dia boneka Icha!” Icha langsung memeluk bonekanya. “Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah…,” seru Icha sangat senang.
Sesampainya di rumah, Icha langsung berlari menemui neneknya. “Nek, bonekanya sudah ketemu. Ada di rumah dedek Nurul. Tadi dipinjam mamanya,” cerita Icha. “Oh iya, Nenek lupa!” kata nenek sambil menepuk dahinya sendiri. Semua pun tertawa.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK