Kesadaran dunia internasional terhadap pertumbuhan berkelanjutan atau sustainability hingga saat ini semakin tinggi. Jika dianalisa lebih jauh, “green economy” atau ekonomi hijau menjadi sektor yang memiliki sumber lapangan kerja potensial bagi generasi muda. Itulah mengapa, sumber daya manusia yang mampu berkontribusi bagi kemajuan sosial, lingkungan, bahkan keberlanjutan industri secara keseluruhan sedang sangat dibutuhkan.

Untuk itu, Sampoerna University melalui festival pendidikan virtual “Bright Future Festival (BFF)” mengundang 3 green warriors Indonesia yakni Ernest C. Layman (CEO & Co-Founder Rekosistem), Denia Isetianti Permata (Founder & CEO Cleanomic), dan Daniel Sibbald (CMO & Co-Founder SINARI) dalam sesi Webinar hari ke-4 bertema “Greendustry: Education and Skill for Sustainability Growth” yang berlangsung Jumat (11/12). Dalam webinar ini, dibahas lebih lanjut mengenai ekonomi hijau, lapangan kerja hijau, dan jenis keterampilan apa saja yang perlu disiapkan bagi generasi muda untuk menjadi “actor of change”, serta memberikan kontribusinya untuk keberlanjutan masa depan lebih cerah dan gemilang.

“Kemajuan industri hijau terus berkembang pesat, terlebih saat ini sudah banyak masyarakat memahami dan mengetahui permasalahan lingkungan dengan berbagai solusi yang tersedia, namun akan lebih baik jika mengambil tindakan dan berkontribusi dari hal terkecil dan terdekat dulu. Saat ini kita juga sedang memasuki era bonus demografi dimana jumlah masyarakat usia produktif sangat besar, sehingga kesempatan untuk berkontribusi pada green job adalah salah satu jawabannya,” jelas Daniel Sibbald, CMO & Co-Founder SINARI. 

Berdasarkan riset WeForum di 2019, Indonesia saat ini masih menjadi penyumbang limbah makanan dan plastik terbesar kedua di dunia. Sehingga saat ini pemerintah sedang melakukan upaya ambisius untuk membenahi pengelolaan sampah, mengurangi produksi sampah hingga 30 persen di 2025, mengaplikasikan sistem keuangan berkelanjutan, serta mendukung Sustainable Development Goals (SDGs)  dalam memerangi perubahan iklim.

“Demi mendukung target ini, Rekosistem telah melakukan berbagai upaya melalui strategi keberlanjutan dan inovasi teknologi bagi ekosistem limbah dari hulu ke hilir, yang tentunya membutuhkan kerjasama dari seluruh pihak, terutama generasi muda. Namun sebagai aktor perubahan, perlu memiliki skill-set atau keterampilan yang perlu dikembangkan, seperti  project management, kemampuan merangkai konsep, perencanaan, eksekusi proyek, product management agar lebih memahami kebutuhan konsumen melalui produk yang ditawarkan, serta policy making sebagai pembuat kebijakan yang melibatkan keberlanjutan. Bagi start-up teknologi, tentunya seorang Engineer juga dibutuhkan untuk membantu mengembangkan inovasi produk,” ungkap CEO & Co-Founder Rekosistem, Ernest C. Layman.

Sebagai inisiator dan penggerak ekonomi berbasis lingkungan #CuanLestari, Denia Isetianti Permata, Founder & CEO Cleanomic menegaskan bahwa dalam hal ini Indonesia membutuhkan sumber daya manusia berkualitas. “Saat ini sudah banyak perusahaan atau bisnis lokal mengadaptasi sustainability value, sehingga potensi lapangan pekerjaan yang mendukung keberlanjutan industripun semakin banyak dengan peran semakin bervariasi. Untuk itu, apapun latar belakang dan keterampilan yang kalian miliki, kesempatan untuk menjadi aktor perubahan sangat terbuka asalkan kita selalu membawa nilai kepedulian terhadap lingkungan,” tutup Denia.

Sesi webinar ini menjadi salah satu penutup dari rangkaian acara Bright Future Festival yang diikuti dengan topik menarik lainnya, seperti “Social Enterprise and The Magic Behind” bersama Menjadi Manusia, serta sesi pelatihan Career Clinic, dan juga Virtual Open House untuk melihat berbagai fasilitas serta teknologi yang dimiliki Sampoerna University.

Foto: Ist

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *