“Bagaimana kalau hari Minggu pagi, kita keliling komplek naik sepeda?” usul Pita kepada tiga temannya. Lila dan Key berseru setuju, tapi Vania dengan keras menolak.
“Kenapa, sih, harus naik sepeda? Bagaimana kalau kita jogging saja, kan lebih sehat?” usul Vania. Mereka pun berdiskusi untuk menentukan apakah akan lari pagi atau bersepeda pada hari Minggu, tapi bel masuk berbunyi.
Pada jam istirahat, empat sekawan itu kembali mendiskusikan kegiatan Minggu pagi. “Kenapa, sih, kamu selalu nggak mau setiap kita ajak naik sepeda?” tanya Lila penasaran. “Iya, seperti dua minggu lalu. Kita kan sudah janjian untuk naik sepeda ke sekolah. Eh, kamu malah nggak masuk,” sahut Key.
“Pokoknya aku nggak mau naik sepeda! Titik!” seru Vania kesal. Kekesalannya tersebut tak bisa dibendung lagi, ia menangis dan berlari ke kamar mandi agar teman-temannya tak melihatnya.
“Van!” panggil Pita dari luar kamar mandi. Ternyata, Pita mengetahui bahwa temannya menangis dan mengikutinya. “Sudah, Van. Kita balik ke kelas, yuk. Sebentar lagi Bu Kinan masuk kelas, lho,” bujuk Pita.
Akhirnya, Vania keluar dengan mata sembab. Ia menceritakan bahwa sebenarnya ia tak bisa naik sepeda. “Tapi, kamu jangan bilang yang lain, ya. Aku malu sudah sebesar ini tidak bisa naik sepeda,” pinta Vania. Pita mengiyakan dan berjanji akan mengajari Vania naik sepeda sepulang sekolah.
Pita pun menepati janji untuk melatih Vania naik sepeda. “Pit, pegangin terus, ya. Jangan dilepas, nanti aku jatuh,” ujar Vania. Vania mulai menggoes sepedanya yang agak berdebu. Pita memegangi sepeda dan terus memberikan instruksi kepada Vania untuk tetap menggoes. Ketika Vania mulai terlihat lancar, Pita melepaskan pegangannya. Braaakk! Ternyata Vania belum mampu menjaga keseimbangannya.
Melihat Vania tersungkur, Pita segera menghampirinya. “Aduh…sikuku berdarah,” ucap Vania. Pita mencoba membantu Vania untuk bangun dan terus mencoba. Akhirnya, Pita memutuskan mengakhiri latihan hari itu, dan pulang untuk mengobati luka Vania.
Esoknya, Vania kembali mengingatkan Pita untuk menemaninya berlatih sepeda. “Pokoknya hari ini aku harus bisa naik sepeda,” tandas Vania. Pita kembali memegangi sepeda Vania. “Jangan lupa, jaga keseimbangan, Van,” Pita memberi instruksi. Vania mencoba untuk konsentrasi dan melakukan perintah Pita.
Perlahan Pita melepas pegangannya dan Vania berhasil menggoes sampai ujung jalan tanpa terjatuh. “Hore…aku bisa!” seru Vania. Vania kembali menghampiri Pita dengan menggoes sepedanya dan berhasil. “Pit, makasih, ya, sudah mau ngajarin aku naik sepeda,” tutur Vania. “Sama-sama, Van. Berarti besok kita naik sepeda, ya,” ajak Pita.
“Wah, akhirnya rencana kita bersepeda bersama, terlaksana juga,” ujar Lila. “Iya, nih. Yang biasanya nggak mau ikut, malah sudah siap banget. Lihat saja, helmnya sudah dipasang duluan,” ucap Key sambil melirik Vania. “Ya, sudah, kita mulai jalan, yuk. Key, Lil, kalian di depan, ya,” perintah Pita.
“Pit, sekali lagi terima kasih, ya. Berkat kamu, sekarang aku bisa bersepeda bareng kalian semua,” ucap Vania sebelum mulai menggoes sepedanya. “Itulah gunanya teman, Van. Lain kali, kalau ada kesusahan, bilang saja. Kita sebagai teman pasti akan bantu, kok,” jawab Pita sambil menggoes sepedanya. (Cerita: Nindy/Ares/Ilustrasi: Putri)