“Tumben sekali Noni datang sebelum aku,” ucap Fira dalam hati. Fira pun menyambut Noni yang baru datang dengan senyuman.
“Hai, Fira. Liburan ke mana saja kamu hari Minggu kemarin?” tanya Noni. “Ah, aku di rumah saja, kok, Non. Kalau kamu ke mana?” tanya Fira kembali. “Aku kemarin ke Bandung sama keluargaku dan beli ini, lho,” jawab Noni sambil memamerkan gelang di tangannya. “Wah, unik sekali, Non. Ini dari tali lalu dibikin simpul, ya?” ujar Fira penasaran. Sayang, obrolan mereka harus dihentikan karena bel sudah berbunyi dan harus segera berkumpul di lapangan upacara.
Ketika jam istirahat, Noni mulai memamerkan lagi gelang barunya. Berbagai pujian ia terima dari teman-temannya. Beberapa teman laki-laki juga ia perlihatkan gelang barunya. “Buat aku saja sini, Non,” celetuk Rifky yang terkenal dengan keisengannya. “Huh, enak saja. Ini kan belinya jauh!” jawab Noni kesal.
“Kamu mau coba pakai, Fir?” tanya Noni tiba-tiba. “Hmm, boleh,” jawab Fira sambil mengangguk. Noni melonggarkan ikatan gelang dan melepaskan dari tangannya. Ia juga memakaikan gelang tersebut ke tangan Fira yang seukuran dengannya. “Wah, bagus! Tapi, sayang belinya jauh, ya, Non,” ujar Fira.
Fira hendak mengembalikan gelang tersebut, tapi ia bingung bagaimana cara melonggarkan gelangnya. Sementara, Noni baru saja pergi ke kantin untuk membeli camilan. Fira terus memutarnya dan tiba-tiba gelangnya terputus.
“Fir, aku beliin kamu ini, nih,” ucap Noni yang tiba-tiba muncul. Fira terkejut dan langsung menyembunyikan gelang Noni yang telah putus. “Oh, iya. Gelangku mana, Fir?” tanya Noni. “Hmm…ma..ma..maafkan aku, Noni. Aku nggak sengaja,” kata Fira terbata. Noni terkejut gelang barunya telah berubah bentuk.
Tanpa berkata apa pun, Noni melempar jajanan yang ia beli dan mengambil tasnya dari baris paling depan bersama Fira. Kemudian, ia memindahkannya ke baris tengah yang ditempati oleh Vanes. “Nes, pokoknya aku pindah ke sini!” seru Noni tanpa meminta persetujuan.
