Apa yang kamu lakukan saat sedih, marah atau stres karena sesuatu hal? Apakah kamu menjadi tidak selera makan atau malah sebaliknya, makan banyak secara menggebu-gebu?
Ya, tak hanya orang dewasa, saat mengalami lonjakan emosi, anak-anak juga bisa melampiaskan pada makanan. Tanpa sadar, kebiasaan tersebut memicu emotional eating atau makan secara emosional. Bila tidak dikendalikan, dapat meningkatkan asupan Gula Garam Lemak (GGL) dalam tubuh yang memicu penyakit tidak menular.
Stres Picu Makan Berlebih
Kak Tara de Thouars, BA, M.Psi, psikolog yang kerap menangani kasus emotional eating, mengungkapkan, “Faktor psikologis dan fisiologis memengaruhi apa yang kita konsumsi dan menentukan hubungan yang dimiliki antara makanan dan emosi,” katanya ketika ditemui pada acara diskusi media bertema “Emotional Eating: Waspadai Asupan Gula, Garam, Lemak (GGL)” yang diprakarsai oleh Unilever Jakarta Food Editor’s Club di Blue Jasmine Restaurant, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

“Ada makanan tertentu yang kita konsumsi dalam kondisi spesifik, misalnya saat stres. Dalam kondisi ini, seseorang biasanya menginginkan makanan berkalori tinggi dengan nilai gizi yang minim. Misalnya makanan yang manis-manis, gurih maupun yang berlemak. Ini biasa disebut dengan comfort food, contohnya es krim, kue, permen, cokelat, kentang goreng, pizza, gorengan, dan sebagainya,” ungkap Kak Tara.
Emotional eating ini, memiliki beberapa tanda yang bisa kita kenali. Misalnya, muncul keinginan makan makanan yang spesifik secara tiba-tiba. Atau, kita jadi cenderung makan lebih dari biasanya tapi setelahnya kita jadi merasa bersalah.

“Saat emosi kita lagi naik, logika turun. Itulah mengapa, banyak orang tidak mengandalkan logika saat emosi. Mereka justru lari ke makanan dengan harapan bisa memulihkan suasana hati mereka saat itu,” imbuhnya.
Penyakit Tidak Menular yang Berbahaya
Nah, ketika kita makan dalam kondisi yang tidak lapar hanya karena emosi sesaat saja, tubuh kita sebenarnya tidak sedang membutuhkan kalori. Bila kondisi ini terus berulang, diungkapkan Ibu Vera Yudhi H. Napitupulu, STP selaku Manager Program Klinik LightHOUSE, maka kelebihan kalori akan disimpan sebagai lemak dan dapat menyebabkan obesitas. Untuk diketahui, obesitas sendiri berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sakit sendi, penyakit empedu, dan banyak lagi.
Sayangnya, penyakit tidak menular (PTM) ini kerap dianggap sepele oleh masyarakat, padahal justru membahayakan. “Problem kematian terbesar di Indonesia adalah karena penyakit tidak menular, misalnya kanker, jantung, stroke. Sebagian besar PTM sebenarnya bisa dicegah dengan pengendalian gaya hidup, contohnya mengasup makanan dengan gizi seimbang dan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari,” ujar dr. Prima Yosephine, MKM, Kepala Subdit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI.
Makan Sesuai Pedoman “Isi Piringku”
Ia juga menyarankan agar kita mengasup makanan sesuai kampanye ‘Isi Piringku’ yakni porsi ideal dalam satu porsi piring, yaitu 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.

Dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 30/2013, jumlah GGL dalam tubuhmu harus dibatasi, Kids, yaitu gula kurang dari 50 gram, garam kurang dari 2.000 mg, dan lemak kurang dari 67 gram.
Edukasi perihal asupan gula, garam, dan lemak (GGL) ini juga diaplikasikan Unilever Indonesia pada setiap produk makanan dan minuman mereka. “Saat ini, seluruh produk makanan dan minuman Unilever memiliki informasi nilai gizi di kemasan label untuk memberikan edukasi ke konsumen pentingnya mengetahui jumlah asupan gula, garam, lemak menurut kebutuhan nutrisi hariannya (Angka Kecukupan Gizi),” jelas Ibu Maria Dewantini Dwianto selaku Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia, Tbk.
So, kalau makan, hati-hati jangan sampai terbawa perasaan, ya? Saat hendak makan, jangan terburu-buru. Amati lebih dalam kondisi tubuhmu, apakah benar lapar atau hanya karena emosi. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. (Ilustrasi dan Foto: JFK & dok. Imogen)