Dahulu kala di Kerajaan Daha, ada seorang Brahmana yang sakti bernama Sidi Mantra. Ia memiliki seorang anak bernama Manik Angkeran. Manik Angkeran adalah seorang laki-laki yang sangat tampan, gagah, dan pintar tapi suka berjudi. Dia memiliki hutang. (Once upon a time in the kingdom of Daha, there lived a powerful Brahmin named Sidi Mantra. He was blessed with a boy named Manik Angkeran. Manik Angkeran was a handsome, dashing, and smart young man who loved to gamble. He had so many debts.)

Sidi Mantra memohon pertolongan para dewa. “Pergilah kau ke kawah Gunung Agung, temui seekor naga bernama Naga Besukih. Mintalah padanya untuk memberikan sedikit harta yang ia punya,” terdengar suara bisikan. (Sidi Mantra pleaded for help to the gods. “Go to the crater of Mount Agung, and meet a dragon named Besukih. Ask it to give you some of his treasure,” whispered the voice.)

“Ada apa wahai Brahmana kau datang ke kawah ini?” tanya Naga Besukih. “Anakku sedang terlilit hutang dan aku tidak mempunyai uang untuk membayar hutangnya,” ucap Sidi Mantra. Lalu keluarlah emas dan intan dari sisik kulit Naga Besukih. (“What is it Brahmin that you come to this crater?” asked the Besukih Dragon. “My son is in debt and I don’t have the money to pay them off,” said Sidi Mantra. Then gold and diamonds came out from Besukih Dragon’s scales.)

Sidi Mantra pun akhirnya bisa membayarkan hutang anaknya dengan harapan sang anak tidak lagi bermain judi. Akan tetapi Manik Angkeran tetap berjudi dan terlilit hutang kembali. “Anakku, aku tidak bisa membantumu lagi!” tutur Sidi Mantra tegas. (Sidi Mantra was finally able to pay his son’s debt hoping that his son won’t gamble anymore. However, Manik Angkeran still gambled and drowned in debt. “My son, I can’t help you anymore!” ​said Sidi Mantra firmly.)

Manik Angkeran mendapatkan informasi kalau ayahnya mendapatkan harta dari Gunung Agung. Manik Angkeran pun pergi ke kawah Gunung Agung. “Aku akan memberikan apa yang kau minta, tetapi kau harus berjanji untuk berhenti berjudi. Kalau tidak, maka karma akan kau terima!” ucap Naga Besukih. (Manik Angkeran received the information that his father got the treasure from the Mount Agung. Manik Angkeran went to the crater of Mount Agung. “I’ll give you what you wish for, but you have to promise me that you’ll stop gambling. If not, you’ll get karma!” said Besukih Dragon.)

Emas, intan, dan permata berhamburan dari tubuh Naga Besukih. Tetapi Manik Angkeran memotong ekor Naga Besukih karena menginginkan harta yang lebih banyak. Namun Naga Besukih berhasil menjilat bayangan Manik Angkeran yang serta merta terbakar menjadi abu. (Gold, diamonds, and gems scattered out from Besukih Dragon’s body. But then Manik Angkeran immediately cut Besukih Dragon’s tail because he wanted more treasure. Besukih Dragon was managed to lick Manik Angkeran’s shadow and burned him into ashes.)

Kematian anaknya membuat Sidi Mantra sedih. Ia pun menemui Naga Besukih memohon anaknya dihidupkan kembali. Naga tersebut menyanggupinya asal ekornya dikembalikan seperti semula. Manik Angkeran pun bisa dihidupkan kembali. Ia meminta maaf dan berjanji menjadi anak yang baik. (The death of his son made Sidi Mantra sad. Then he met Besukih Dragon and pleaded to it to revive his son. The dragon agreed but its tail must be restored. Manik Angkeran was revived. He apologized and promised to be a good son.)

Meski demikian, Sidi Mantra tidak mau hidup dengan anaknya lagi. Sidi Mantra membuat garis untuk memisahkan mereka. Sidi Mantra pun lenyap dan timbullah air hingga membentuk selat. Selat itu sekarang dikenal dengan Selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dan Bali. (However, Sidi Mantra didn’t want to live with his son anymore. Sidi Mantra made a line to separate them. Sidi Mantra disappeared, and the water arose and formed a strait. It is now known as the Bali Strait that separates the island of Java and Bali.)

 

Cerita: JFK     Ilustrasi: JFK

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *