Alergi memang penyakit yang umum dan biasa terjadi. Baik itu alergi karena makanan seperti susu sapi, telur, udang, dan lain sebagainya. Maupun alergi karena debu, udara, ataupun serangga. Meski biasa, namun jangan lantas disepelekan. Sebab, menurut Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, alergi yang gejalanya bisa menyerang kulit, organ pernapasan, dan organ pencernaan ini bisa meningkatkan risiko terkena penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi maupun penyakit jantung.

Tak hanya berdampak pada kesehatan, alergi ini pada akhirnya juga akan berdampak pada aspek lainnya seperti ekonomi dan juga psikologi. Seperti yang diakui oleh Mom Chacha Thaib, seorang ibu yang memiliki anak alergi. Mom Chacha sangat menyesal tidak bisa mendeteksi secara dini alergi yang dialami oleh puterinya, Binar yang kini menginjak usia 5 tahun. Binar baru diketahui alergi pada susu sapi di usianya yang ke-2 tahun setelah lepas ASI.

Kala itu Mom Chacha hanya mendiagnosis sendiri dan mencoba-coba mengatasi sendiri yang diakuinya cukup menghabiskan biaya. Dampak psikologi seperti trauma dan stres juga dialami Mom Chacha karena kondisi sang puteri. “Saran saya, jangan lakukan diagnosa sendiri atau mencoba-coba untuk mengobatinya sendiri, tapi segera berkonsultasilah pada dokter atau ahlinya,” ucap Mom Chacha.
Ibu Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari TigaGenerasi memberikan saran untuk orangtua yang memiliki anak alergi. “Pertama, ajak anak bermain. Bermain merupakan cara paling aman dan nyaman untuk anak menyalurkan perasaan negatifnya. Kedua, cari sosial support untuk anak yaitu berteman dengan anak yang juga memiliki masalah serupa hingga anak tidak merasa sendirian. Ketiga, komunikasikan dengan anak misal lewat gambar-gambar hal-hal yang bisa menyebabkan alergi. Jika anak tantrum, rumusnya adalah: Pertama, terima dulu perasaan anak. Kedua, kita label perasaan anak, kita bilang adek kesal ya? sedih ya? Ketiga temani, tapi jangan menggurui dulu, tunggu sampai emosi anak reda. Keempat, diskusikan dan kasih solusi. Repeat rumus itu setiap kali anak tantrum sehingga kematangan emosi anak akan terbangun,” paparnya.

Nah, sebelum menimbulkan dampak yang berbagai macam, alergi sebenarnya bisa diketahui sejak dini, lho. Dan mencegah alergi juga bisa dilakukan sejak anak dalam kandungan dengan pemberian nutrisi yang tepat. Untuk itulah Danone SN Indonesia menawarkan inovasi terkait deteksi risiko alergi maupun manajemen nutrisi. “Untuk membantu orang tua mengetahui risiko alergi sejak dini, kami menghadirkan Allergy Risk Screener by Nutriclub untuk mempermudah orang tua mengetahui besar risiko alergi anak berdasarkan riwayat alergi keluarga. Selain itu, kami juga menyediakan inovasi nutrisi dengan kandungan sinbotik yang sudah dipatenkan,” ungkap Bapak Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia.

Allergy Risk Screener by Nutriclub yang diluncurkan sejak Maret 2020 itu kini telah diakses lebih dari 20.000 kali oleh orang tua di Indonesia. Tools digital ini dapat membantu orang tua maupun tenaga ahli dalam mendeteksi risiko alergi si Kecil hingga membantu pemberian edukasi mengenai pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi. Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada: bit.ly/allergyriskscreener.
Foto: Novi