Sebatang permen lollipop selalu ada di tangan Tito setiap jam istirahat. Ya, Tito memang sangat menyukai makanan manis seperti kue, permen, dan cokelat. Ibu guru sudah beberapa kali menasehati Tito agar tidak selalu jajan permen karena bisa menyebabkan sakit gigi, namun Tito mengabaikannya.
Vina, Maria, dan Aldo sedang berkumpul di meja Mira untuk melahap bekal yang dibawakan Ibu mereka. Tito pun menghampiri. “Hey, kalian kenapa tidak jajan?” tanya Tito. “Kita dibawakan bekal sama Ibu,” jawab Maria. “Sepertinya kamu setiap hari jajan permen dan cokelat ya, To?” tanya Aldo penasaran. “Iya, memangnya kenapa?” jawab Tito balik bertanya. “Kata Mamaku, kalau suka makan cokelat dan permen, nanti bisa sakit gigi,” jelas Vina. Namun Tito malah pergi meninggalkan sekumpulan teman-temannya yang sibuk menghabiskan bekal.
Sampai di rumah, Tito masih juga memakan sisa kue cokelat yang ia beli saat jam istirahat di sekolah. Tiba-tiba, Ibunya datang. “Tito, kamu jajan cokelat lagi, Nak?” tanya Ibu. “Tito cuma beli sedikit kok, Bu. Saat Tito mau menghabiskan cokelat ini, bel masuk keburu berbunyi,” jelas Tito. “Ya sudah. Tapi nanti setelah makan, jangan lupa sikat gigi, ya!” tegas Ibu. “Iya, Bu” jawab Tito menghabiskan cokelatnya. Tito mengerjakan PR matematika sampai larut malam hingga tertidur dan lupa sikat gigi terlebih dahulu seperti pesan Ibunya.
Esok harinya, Tito merasakan nyeri pada giginya. Namun ia tidak menceritakan hal itu pada Ibu. Tito pun pamit pergi ke sekolah pada Ibunya seperti biasa. “Tito berangkat dulu ya, Bu,” pamit Tito. “Iya, Nak. Hati-hati. Jangan jajan cokelat dan permen terus ya, Nak!” pesan Ibu pada Tito.
Sesampainya di sekolah, gigi Tito semakin tak karuan rasanya. Tito yang biasanya bercanda dengan teman-temannya, mendadak jadi pendiam karena menahan rasa sakit. Jam istirahat pun tiba. “Tito, kamu hari ini mau jajan permen lagi?” tanya Aldo. Tito hanya menggeleng lesu. Aldo heran melihat tingkah temannya yang tidak seperti biasanya.
Aldo menceritakan tingkah aneh Tito pada teman lainnya. Teman-temannya datang menghampiri Tito yang sedang duduk di bangkunya. “Tito, kamu kenapa?” tanya Vina. Tito masih diam saja. “Iya, To, kamu kenapa, sih? Kayaknya kamu tidak seperti biasanya,” kata Mira penasaran.
Melihat Tito yang semakin aneh, akhirnya Vina berniat memberitahu Ibu Guru. “Kita bilang Ibu Guru saja, yuk!” ide Maria.
Mereka berbondong-bondong pergi ke ruang guru untuk memberitahu keadaan Tito. “Bu, sepertinya Tito sedang sakit, tapi dia tidak mau menjawab pertanyaan kami,” kata Mira mengadu. “Wah, memangnya Tito sakit apa?” tanya Ibu Guru. “Tidak tahu, Bu. Sebaiknya Ibu saja yang bertanya. Mungkin Tito mau menjawab kalau Ibu yang menanyakannya,” jelas Aldo.
Mereka pun akhirnya ke ruang kelas dan menghampiri Tito yang masih duduk lesu di bangkunya. “Tito, kamu kenapa? Kata teman-teman, kamu sakit?” tanya Ibu Guru. Namun Tito menggeleng. “Bilang saja, Nak. Supaya Ibu tahu apa yang kamu rasakan,” jelas Ibu Guru. “Gigi Tito sakit, Bu,” kata Tito yang akhirnya membuka mulut. Setelah Ibu Guru memeriksa sekilas gigi Tito, akhirnya Ibu Guru memutuskan untuk memulangkan Tito terlebih dahulu. Tito dijemput Ibunya untuk langsung ke dokter gigi.
Sesampainya di dokter gigi, gigi Tito diperiksa oleh Pak Dokter. “Wah, gigimu ada yang bolong, nih!” kata Pak Dokter. Setelah mengobati gigi Tito, Pak Dokter berbincang dengan Ibu Tito.
“Apa Ibu bilang kemarin. Kamu pasti tidak sikat gigi sebelum tidur. Padahal siangnya kamu makan permen dan cokelat banyak sekali,” kata Ibu panjang lebar. Tito hanya tertunduk lesu karena masih menahan sakit giginya. “Sebenarnya boleh makan cokelat atau permen, tapi jangan lupa gosok gigi setelah makan cokelat atau permen,” jelas Pak Dokter.
“Sekarang Tito tidak mau jajan cokelat dan permen terus, Bu. Ternyata sakit gigi tidak enak ya, huh!” kata Tito menyesal.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK