Di suatu kota bernama Bena, penduduknya sedang bersiap-siap menyambut perayaan Natal. Tapi ada satu kekhawatiran. “Penduduk kota, hampir sepanjang tahun ini Bena mengalami keanehan cuaca. Kita tentu khawatir apakah salju akan turun nanti. Tapi kalian tidak perlu takut, aku akan menemui Matahari dan berbicara padanya, meminta agar salju didatangkan ke Kota Bena,” kata Walikota Bena menenangkan penduduknya.
Dengan senang hati, Matahari yang baik akan mengusahakan agar salju turun di Kota Bena. “Anda tidak perlu khawatir, Walikota,” kata Matahari. Matahari segera meminta awan-awan untuk menurunkan salju pada saat Natal nanti. Dia mengadakan rapat awan. “Adakah perwakilan dari awan penurun salju disini?” tanya Matahari. “Aku!” seru Aba si awan kecil yang bersemangat. Awan-awan lain tertawa. “Aba, kau awan muda yang masih harus belajar agar bisa menurunkan salju. Tahun ini kau belum bisa bekerja,” nasihat Matahari. “Matahari benar, Aba. Walaupun kau sudah bisa menurunkan hujan, menurunkan salju dengan benar, membutuhkan keahlian khusus,” kata awan-awan lain.
Aba terpaksa pulang karena tidak boleh menghadiri rapat awan. “Aba, kenapa kau pulang? Bukankah kau awan yang terhebat di antara kami?” tanya teman-teman awan Aba. “Kata Matahari, kehebatanku belum cukup untuk menurunkan salju,” jawab Aba kecewa. “Apa?! Matahari tidak tahu apa-apa tentangmu!” seru salah satu awan teman Aba. “Aku punya ide, Aba. Sebentar lagi Matahari akan pergi menjauh dari Kota Bena. Bagaimana kalau kau ambil kesempatan ini dan mencoba menurunkan salju? Kau pasti berhasil! Ayo, buat Matahari dan awan-awan tua kagum padamu! Penduduk Bena pasti akan menyanjungmu karena kau membuat Natal indah bagi mereka!” bujuk teman awan Aba yang lain. Mendengar itu semua, Aba menjadi bersemangat. “Aku pasti akan menurunkan salju!” seru Aba.
Dan Aba pun mencoba menurunkan salju seperti saran teman-temannya. Dengan bersemangat, Aba pergi ke Kota Bena. Dalam perjalanan, dia bertemu seekor gagak. “Hei Aba, hentikan niatmu. Jangan sampai kau membuat musibah. Aku sering melihatmu menurunkan hujan yang hebat, tapi salju dan hujan tak sama,” kata si gagak. “Diam kau. Kau bukan awan!” seru Aba marah.
Aba sampai di Kota Bena dan mencoba menurunkan salju. Tetapi, yang terjadi adalah hujan es yang mengerikan. Penduduk Kota Bena ketakutan dan rumah-rumah mereka rusak. “Mengapa jadi begini?!” seru Aba panik. Matahari segera datang dan seketika hujan es Aba mencair karena sinar panas Matahari. “Bukankah sudah kubilang kau belum mengerti bagaimana membuat salju? Penduduk Bena tidak akan merayakan Natal tahun ini, dan semua karena ulahmu!” seru Matahari murka. Aba sangat menyesal. Dan yang membuatnya bertambah sedih, semua teman yang tadinya memujinya, berbalik mencercanya!
Mulanya, Aba yang sangat malu, kehilangan semangat belajar. Matahari pun gagal membujuknya. Suatu hari, si gagak datang mengunjungi Aba. “Aku dulu dijuluki gagak bodoh karena selalu salah arah ketika terbang, bahkan pernah bertabrakan dengan burung lain dan membuat burung itu celaka. Tapi, aku tak pernah menyerah dan terus berusaha. Hanya dengan belajar, aku bisa menghindari kesalahan agar tak terulang lagi. Aku yakin kau pasti ingin penduduk Bena merayakan Natal bersalju dengan bahagia,” kata si gagak. Aba tersentuh dengan kata-kata si gagak dan dia mau untuk belajar lagi.
Satu tahun berlalu dan Kota Bena kembali menyambut Hari Natal. Kali ini Aba kembali ke sana, dan mencoba untuk menurunkan salju. Si gagak yang kebetulan mencari makan di Kota Bena, melihat ke salju yang perlahan turun. “Wah, ini salju terbagus yang kurasakan, turun dengan perlahan. Hebat sekali awan yang menurunkannya!” serunya kagum. “Halo, Gagak!” sapa Aba dari langit. Si gagak tertawa senang mendengar suara Aba. “Aba, kau sudah belajar banyak rupanya!” serunya. “Ini semua karenamu, terima kasih, Teman! Selamat Natal!” kata Aba sambil melihat ke bawah, ke arah penduduk Bena yang gembira karena turunnya salju indah yang telah lama mereka nantikan.
Cerita: Seruni Ilustrasi: Agung